Fenomena wisata alam Batu Dinding masih dirasa asing bagi mayoritas warga Kalimantan Timur. Tidak sedikit warga Bumi Etam yang mengernyitkan jidatnya mendengar nama destinasi obyek wisata yang terletak di Jalan Soekarno – Hatta Kilometer 45 di Desa Bukit Merdeka Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara ini.
“Rombongan kami bahkan tersasar hingga belasan kilometer dari pintu masuk menuju lokasi Batu Dinding,” kata Hendy Wismayandi usia 54 tahun, salah satu wisatawan Balikpapan yang penasaran menikmati sensasi wisata Batu Dinding, Sabtu (7/8).
Gapura pintu masuk Batu Dinding memang tidak semegah lokasi wisata pada umumnya. Hanya ada gapura kampung terbuat dari kayu setinggi enam meter yang bertuliskan Wisata Batu Dinding. Wisatawan harus menyusuri jalan petak tanah liat sejauh 4 kilometer yang hanya bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor roda dua.
Itupun hanya tiba di lokasi parkir kendaraan dan sisanya harus ditempuh dengan berjalan sejauh 1 kilometer menyusuri pepohonan Taman Hutan Rakyat Bukit Soeharto serta perkebunan buah naga warga. Konstur jalanannya sempit, terjal dan berkelok dijamin membuat anda mandi peluh hingga tiba di lokasi wisata Batu Dinding.
Batu Dinding sendiri sepertinya adalah fenomena alam batu karst setinggi 125 meter dengan panjang bisa mencapai 150 meter. Karakteristik batunya yang tidak keras sudah menjadi korban vandalisme aksi corat coret tangan tangan jahil pengunjung tidak bertanggung jawab.
NewsBalikpapan turut menikmati keindahan landscape keindahan panaroma alam Batu Dinding kala dini hari pukul 05.30 Wita. Pengunjung secara bebas melahap kerimbunan pepohonan Taman Hutan Rakyat Bukit Soeharto hingga deretan Pegunungan Meratus Kalimantan Selantan. Nuansa angin semilir pegunungan berhembus deras diterpa teriknya pancaran sinar matahari daerah khatulistiwa. Hamparan perkebunan buah naga siap panen juga terbentang luas tepat dibawah tebing Batu Dinding.
Pengunjung memang musti extra hati hati mengingat kanan kiri adalah tebing curam yang bisa melumat siapa pun yang terpeleset ke dalamnya. Hanya ada ada tali tambang seukuran lengan pria dewasa yang membatasi sejumlah titik berbahaya wisata Batu Dinding. Sesekali, pengunjung juga harus bergelayutan berpegangan tali guna mencapai lokasi puncak Batu Dinding.
“Lokasi wisata Batu Dinding terbilang masih asri di Kaltim. Suasananya mencerminkan alam, meskipun ada aksi vandalisme dan sampah pengunjung disini,” papar Hendy.
Tetap saja wisata Batu Dinding menjadi penglipur bagi Hendy gemar naik gunung di penjuru tanah air. Engineering perusahaan minyak gas Total E&P Indonesie ini mengaku tertantang menyusuri jalur terjal Batu Dinding yang masih perawan.
“Saya suka jalan kaki naik gunung, olahraga off road dan wisata alam lainnya,” ujarnya pria yang pernah naik hampir seluruh gunung negeri ini.
Wisata Batu Dinding memang sedang jadi primadona baru masyarakat Kaltim. Pemilik warung minuman sekaligus pemilik kebun buah naga, Aziz mengungkapkan kenaikan tren pengunjung Batu Dinding mulai terasa sejak 5 bulan terakhir ini. Setiap malam minggu, menurutnya ada setidaknya 1 ribu pengunjung yang menghabiskan hari sejak sore hingga subuh di tebing Batu Dinding.
“Kalau hari hari biasa hanya sebanyak 200 hingga 300 orang saja setiap hari disini,” paparnya.
Sehingga tidak mengherankan warung warung minuman mulai bermunculan di sepanjang jalan menuju lokasi tebing Batu Dinding. Warung ini dibuat seadanya dari tonggak batangan kayu bekas yang atapnya ditutup terpal plastik warna biru guna melindungi dari air hujan dan terik matahari.
Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara menyatakan obyek wisata Batu Dinding akan dimaksukan dalam katagori pariwisata forestry daerah. Kawasan Samboja memang terkenal memiliki begitu banyak potensi wisata berbasis hutan seperti halnya Taman Hutan Rakyat Bukit Soeharto, Hutan Bengkirai, Borneo Orangutan Survival hingga Batu Dinding.
“Kutai Kartanegara memang memiliki banyak potensi wisata sehingga perlu perencanaan strategis dalam penanganannya,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara, Sri Wahyuni.
Obyek wisata Batu Dinding, kata Wahyuni sudah dimasukan dalam rencana induk pengembangan pariwisata daerah Kutai Kartanegara yang ditetapkan 2016 mendatang. Menurutnya rencana induk pariwisata ini akan membantu Kabupaten Kutai Kartanegara dalam penetapan skala prioritas pengembangannya secara professional.
“Sehingga memang saat ini belum ada intervensi dari Kabupaten Kutai Kartanegara di wisata Batu Dinding. Masyarakat setempat masih berupaya mandiri dalam mengembangkan wisata Batu Dinding,” paparnya.
Namun demikian, Wahyuni menghimbau masyarakat setempat agar mampu menjaga potensi kekayaan lingkungan di sekitar obyek wisata Batu Dinding. Keasrian lingkungan alam wisata Batu Dinding menjadi kekuatan daya tarik wisatawan manca negara dan domestic.
“Terutama jangan membuang sampah, menebang hutan hingga mencoret coret batu batu di sekitar itu,” katanya.