PT Industri Nuklir Indonesia menyatakan tahap I pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Talisayan 50 MW di Kabupaten Berau Kalimantan Timur senilai 100 juta US dolar atau Rp 1,3 triliun. PLTN ini jadi kerjasama antara investor China, Pemprov Kaltim, INUKI , Batan, Bapeten dan PLN.
“Tahap awal dibangun yang kecil dahulu serta dilakukan sosialisasi masyarakat,” kata Presiden Director INUKI, Yudiutomo Imardjoko di Balikpapan, Senin (17/8).
Yudiutomo mengatakan analisa pra studi kelayakan industry nuklir Kaltim sudah dilakukan sejak 2008 silam. Saat itu, katanya diperoleh kesimpulan lokasi Pulau Kalimantan paling strategis mengingat lokasinya yang minim potensi gempa maupun bencana tsunami.
“Apalagi bahan bakar PLTN banyak ditemui di Pulau Kalimantan,” ungkapnya.
Sehubungan itu, Yudiutomo menyatakan studi kelayakan teknisnya akan dilanjutkan kembali pada tahun 2016 mendatang guna memastikan lokasi pembangunannya. Dia menargetkan memasuki tahun 2017 sudah dilaksanakan pemacangan ground breaking pembangunan PLTN Talisayan dan beroperasi tahun 2020.
“Investornya dari perusahaan China yang kini sebagai pemilik PLTN terbanyak sedunia,” ungkapnya.
Suksesnya pembangunan tahap I akan dilanjutkan dengan pembangunan PLTN tahap II 1.000 MW senilai 2 miliar US dolar atau Rp 26 triliun. PLTN yang terakhir ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan energy listrik di seluruh provinsi di Kalimantan.
Yudiutomo mengakui perlunya sosialisasi soal teknologi nuklir ini pada masyarakat di Kalimantan. Dia hanya memastikan teknologi nuklir makin maju untuk mampu mengantisipasi seperti halnya bencana nuklir di Chernobyl Uraina dan Fukusima Jepang beberapa tahun silam.
Kebutuhan energy listrik Kalimantan sudah dianggap tidak seiring dengan pertumbuhan iklim industrinya. Menurut Yudiutomo adanya energy listrik murah mampu mempercepat laju pembangunan seluruh provinsi di Kalimantan.
“Gubernur Kaltim yang mendorong agar segera terealisasi pembangunan PLTN ini. Kami kemudian yang menangkap sebagai suatu peluang pembangunan PLTN pertama di Indonesia,” ujarnya.
Gubernur Kaltim, Awang Faroek mengaku mulai melirik pembangunan PLTN sebagai alternative krisis energy setempat. Menurutnya pembangunan PLNN menjadi lompatan penyediaan kebutuhan listrik di Kaltim untuk 50 tahun kedepan.
Pembangkit listrik milik PLN Kaltim, menurut Awang sudah tidak sanggup lagi menyediakan kebutuhan listrik masyarakat mencapai 1.000 MW pada 5 tahun kedepan. Dia mengatakan Kaltim setidaknya harus menyiapkan suplay listrik mencapai 35 ribu MW untuk kebutuhan rumah dan industry.
Analisa INUKI dan Pemprov Kaltim, kata Awang menyimpulkan dua lokasi yang cocok untuk pembangunan PLTN yakni di Talisayan Berau dan Kutai Timur. Pertimbangannya dua wilayah ini berdekatan dengan pelabuhan laut setempat guna memudahkan transportasi dan koordinasi.
1 Comment
[…] Tambang (Jatam) menolak rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Berau Kalimantan Timur. Keberadaan PLTN dianggap hanya menambah permasalahan lingkungan sejumlah kota/kabupaten di […]