Provinsi Kalimantan Timur mengundang investor sektor produksi crude palm oil (CPO) untuk menanamkan investasinya di kawasan industri Maloy Kutai Timur. Pemerintah daerah setempat memang sedang giat dalam pengembangan kawasan seluas 5.300 hektare ini sebagai pusat pengelolaan produksi CPO maupun bio disel di kawasan Indonesia timur.
“Potensinya sangat tinggi di kawasan ini yang menjadi pengembangan pembangunan kawasan di Kalimantan Timur,” kata Kepala Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah Kaltim, Diddy Rusdiansyah di Balikpapan, Selasa (15/4).
Rusdiansyah mengatakan Kaltim sangat prospektif dalam pengelolaan produksi turunan CPO. Dia mencatat terdapat sedikitnya 1,3 juta hektare lahan perkebunan kelapa sawit yang sebarannya terpusat di Kutai Timur.
“Produksinya sebanyak 5,8 juta ton CPO dari seluruh perkebunan di Kaltim,” ungkapnya.
Sehingga saat ini saja terdapat sebanyak 17 perusahaan sawit yang sudah mengurus perizinan investasi di kawasan industri Maloy. Mereka ini merupakan perusahaan multy nasional yang seluruhnya bergerak di sektor industri pengolahan CPO di Indonesia.
“Kaltim terus menyiapkan sarana infrastuktur jalan, jembatan hingga pelabuhan peti kemas khusus CPO di Maloy,” ujarnya.
Pemprov Kaltim merampungkan pembangunan terminal CPO di kawasan industri dan pelabuhan internasional Maloy, Kutai Timur. Gubernur Awang Faroek Ishak sempat mengungkapkan pembangunan terminal CPO pertama di Indonesia timur ini akan menelan dana hingga Rp 254 miliar.
“Proyek ini akan menampung kebutuhan jangka panjang,” katanya.
Terminal CPO Maloy memiliki kapasitas bongkar muat 2 ribu ton CPO per hari. Fasilitas ini berdiri di atas lahan seluas 115 hektare. Terminal CPO Maloy menjadi bagian dari Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) koridor Kalimantan. Proyek ini dibiayai dengan anggaran tahun jamak dari pemerintah pusat. Untuk tahap pertama, dana yang dikucurkan mencapai Rp 100 miliar.
Awang menargetkan terminal CPO Maloy bisa beroperasi pada 2014. Pelabuhan ini menjadi pintu keluar untuk produk olahan perkebunan dari Kalimantan Timur. Dia menegaskan, semua hasil pertanian dan perkebunan tidak bisa diekspor dalam kondisi mentah, harus diolah terlebih dulu di Kawasan Industri Maloy.
Pemerintah Kalimantan Timur juga menggenjot pembangunan kawasan industri dan pelabuhan Maloy. Selain pabrik, Kawasan Ekonomi Khusus ini dilengkapi fasilitas hotel, apartemen, dan pusat perkantoran. Saat ini pembebasan lahan sudah mencapai 57 persen atau seluas 577 hektare. Pada akhir 2013 pembebasan lahan ditargetkan selesai.