Proyek Jembatan Balikpapan – Penajam Terancam Batal

NewsBalikpapan –

Mega proyek Jembatan Teluk Balikpapan Kalimantan Timur terancam batal. Nilai proyek melambung tinggi menjadi Rp 16 triliun dari perkiraan semula hanya Rp 5,6 triliun.

“Kenaikan naik 300 persen dari perkiraan awal,” keluh Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, Kamis (24/1/2019).

Rizal mengatakan, tiga daerah membentuk konsorsium pembangunan jembatan membelah perairan Teluk Balikpapan. Akhirnya terbentuk konsorsium beranggotakan Pemprov Kaltim, Pemkot Balikpapan, Pemkab Penajam Paser Utara (PPU) dan PT Waskita Karya Persero (Tbk).

Konsorsium akan membangun jembatan sepanjang 6.342 meter yang terpanjang di Indonesia. Sebelumnya catatan masih dipegang Jembatan Suramadu menghubungkan Surabaya – Madura sepanjang 5.438 meter.

Awalnya, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) lah yang memotori pembangunannya sejak 2014 silam. Jembatan ini nantinya menghubungkan Balikpapan dengan PPU.

Rincian investasi Waskita (60 persen), Pemprov Kaltim (20 persen), Pemkab PPU (15 persen) dan Pemkot Balikpapan (5 persen). Waskita nantinya mengelola operasional tol jembatan yang rencananya berbayar.

Lima tahun berlalu, nilai investasi proyek Jembatan Teluk Balikpapan naik berlipat menjadi Rp 16 triliun atau 300 persen dari perkiraan awal. Konsorsium memang berpatokan besaran investasi Jembatan Suramadu  yang menelan Rp 5 triliun.

Waskita sudah melaporkan kajian feasibility study (FS) terbaru soal proyek Jembatan Teluk Balikpapan. Ada beberapa evaluasi revisi pembiayaan yang mempengaruhi nilai proyek secara keseluruhannya.

Perkembangan terbaru ini membuat Balikpapan memeras otak lebih keras. Setidaknya, mereka harus mengalokasikan dana segar Rp 800 miliar sesuai bobot kesepakatan perjanjian konsorsium.

“Ini terlalu berat buat kami, meskipun kewajiban kami hanya 5 persen dari total investasi. Namun bila Rp 16 triliun akan menjadi besar juga,” ungkap Rizal.

Apalagi Rizal harus mempertimbangkan beban pengguna tol jembatan yang dipastikan meroket seiring kenaikan investasi. Awalnya, operator penggelola jembatan memperkirakan beban biaya perlintasan sebesar Rp 250 ribu.

“Dulu katanya lebih murah dibandingkan tiket kapal ferry. Ternyata informasinya akan lebih mahal,” ujarnya.

Seperti diketahui, perairan teluk memisahkan dua kota yakni Balikpapan dan PPU. Selama ini, jalur transportasi kapal ferry menjadi pilihan utama bermodal biaya Rp 180 ribu hingga Rp 1,5 juta bagi kendaraan roda empat.

Penyeberangan kapal biasanya memakan waktu 3 hingga 4 jam. Berbanding jauh memanfaatkan jembatan yang diperkirakan hanya 20 menit.

Jalur ini juga merupakan rute penghubung antara Provinsi Kaltim dengan Provinsi Kalsel.

Karenanya, Rizal berkeras meminta Waskita merincikan komponen yang mempengaruhi perubahan nilai proyek. Pemaparan ekspos dilaksanakan bersama unsur terkait terdiri Balikpapan, Penajam berikut Pemprov Kaltim.

“Bulan ini rencananya akan ada pertemuan dengan Waskita bersama Pemkot Balikpapan dan Pemprov Kaltim. Kita liat nanti,” ujarnya.

Apalagi hingga kini, Balikpapan belum menuntaskan kendala teknis seperti titik lokasi kaki jembatan yang berada di area obyek vital nasional. Jembatan berada dekat kilang minyak Pertamina, rumah dinas Kapolda Kaltim dan Panglima Kodam Mulawarman.

Sementara itu, Pemkab PPU bergeming meskipun investasi jembatan melambung Rp 16 triliun. Sesuai kesepakatan konsorsium, daerah pemekaran ini tentunya harus menyetor Rp 3,2 triliun atau 20 persen nilai proyek.

“Jembatan ini sangat penting bagi perkembangan Penajam dimasa mendatang,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten PPU Alimuddin.

Balikpapan merupakan kota yang memiliki pertumbuhan perekonomian tinggi di Kalimantan. Keberadaan jembatan diharapkan memberikan keuntungan bersama dalam setiap sektor.

“Menguntungkan sektor ekonomi, sosial, budaya hingga keamanan dan ketertiban. Beban perekonomian sudah berat di Balikpapan bisa dialihkan ke Penajam,” ujar Alimuddin.

Nilai proyek sebesar Rp 16 triliun, menurut Alimuddin tentunya juga memperoleh perhatian seksama. Namun sampai disini, Penajam punya kepentingan lebih besar guna merealisasikan pembangunan proyeknya.

“Kami tetap ingin merealisasikan proyek ini,” tegasnya.

Kelanjutan proyek Jembatan Teluk Balikpapan masih dipersimpangan jalan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang mengevaluasi kelangsungannya.

“Masih proses evaluasi di PUPR untuk tender dan investor,” kata Direktur PT Tol Teluk Balikpapan, Sutopo.

Anak perusahaan Waskita ini menyebutkan, kementerian menyoroti soal pembengkaan kebutuhan anggaran pelaksanaan proyek.

“Ini (anggaran) yang termasuk kami evaluasi nantinya,” ungkap Sutopo.

Kepala Divisi IV Waskita Norman Hidayat menambahkan, proyek jembatan masih tahap perencanaan divisi investasi. Anak perusahaan mengintensifkan pembahasan investasi proyek bersama konsorsium terkait.

 “Masih membahas soal investasi, belum soal teknis pembangunan,” sebutnya.

Pemprov Kaltim, Pemkot Balikpapan, Pemkab Penajam Paser Utara dan Waskita membentuk konsorsium pembangunan jembatan sejak 2014 silam. Saat itu disepakati total biaya ditanggung bersama sebesar Rp 5,6 triliun.

Model fisik jembatan mengadopsi Jembatan Suramadu Surabaya Jawa Timur. Model jembatan ini dirasa cocok dengan kondisi perairan Teluk Balikpapan yang padat arus transportasi pelayaran kapal laut.

Jembatan ini dirancang memiliki panjang 6.342 meter menyeberangi Teluk Balikpapan. Ketinggian 50 meter diatas air laut seperti Jembatan Hongkong – Beijing sehingga memudahkan arus lalu lintas pelayaran kapal.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *