
Dalam pertemuan yang berlangsung di ruang rapat Bappeda, pengembang menyampaikan presentasi pengembangan Pasar Inpres Kebun Sayur menjadi 4 lantai. Mereka diterima oleh Asisten II Sri Sutantinah,Plt Pasar Arbain Side, Kabag Perlengkapan M Arsyadserta sejumlah perwakilan pedagang.
Penolakan pedagang ini dituangkan dalam satu sikap yang ditandatangani oleh 641 pemilik kios. Mereka meyakini konsep mall pasar modern di kawasan ini, tidak akan bertahan dan justru membuat pedagang kecil bangkrut.
“ Contoh saya punya kios di plaza lantai III ukuran 2×2 omsetnya Rp4 juta per bulan. Di blok permata biru Pasar Inpres Kebun sayur, kios saya itu hasilkan Rp1 juta perhari. Nah yang pedagang yang lain itu dah pada tutup di plaza itu. Saya justru hasil di pasar yang lama ini untuk menutup biaya di plaza,” terang Yuli.
Pemkot diakui yuli memiliki rencananya untuk meremajakan kawasan pasar Inpres Kebun Sayur, mengingat sudah habis masa hak pengelolaan selama 30 tahun. Namun pedagang sepakat untuk melakukan peremajaan dan perbaikan kios dengan biaya sendiri tanpa harus melibatkan investor besar.
“Kalau bikin mall sepi, yang ada saja mereka pada balik ke pasar Inpres. Itu contoh kasus yang sudah kelihatan, nyata didepan pedagang nanti tersingkir,” tandasnya.
Senada dikatakan Ketua II persatuan pedagang Pasar Inpres Kebun Sayur H. Rahmad (60). Penolakan kehadiran investor diyakini pedagang akan makin menyusahkan pedagang kecil.
“Mereka bilang akan relokasi sementara tuh pedagang. Nanti belum direlokasi usaha kita sudah pada tutup,” tandasnya.
Karena itu ia bersama pedagang lainya meminta agar pemkot ikut bersama-sama mereka untuk memperindah pasar bersama konsepnya pengembangan yang dimiliki pedagang. “Kita sanggup untuk lakukan itu, penataan dan pembenahan pasar,” katanya.