Lembaga Sensor Film mengatakan film berjudul Perawan Dayak menuai protes dari sebagian kalangan masyarakat suku Dayak Kalimantan. Untuk menghindari kontroversi, produser film mengganti judulnya menjadi Perawan Seberang.
“Judulnya sudah dirubah menjadi Perawan Seberang,” kata anggota Lembaga Sensor Film, Nyoman Widi Wisnawa di Balikpapan, Kamis (19/9).
Meski judulnya berubah, Nyoman mengatakan sutradara tidak merubah pesan isi cerita hendak disampaikan dalam film ini. Sutradara mengangkat tema soal kesakralan budaya suku Dayak di layar lebar.
“Tetapi ending film itu justru menghargai dan memuji keluhuran budaya dayak , tidak ada yang melecehkan itu,” paparnya.
Nyoman menuturkan film ini menceritakan soal perempuan keturunan Dayak yang merantau ke kota besar. Namun dalam perjalanannya, katanya tokoh utama ini melalaikan pesan orang tuanya untuk tetap menjaga adat istiadat nilai luhur budaya Dayak.
Secara keseluruhan, Nyoman menilai sutradara hendak mengangkat kultur budaya luhur suku Dayak. Dia mengaku heran saat sejumlah orang menyoal produksi film ini yang tujuannya untuk mempromosikan budaya suku Kalimantan.
“Saya juga yang ikut sensor, jadi kalau mengandung unsure-unsur yang dilarang tentu tidak akan lolos sensor, tapi karena ini baik makanya lolos,” urainya.
Film Perawan Seberang bercerita tentang seorang wanita suku Dayak diberi kalung oleh ayahnya. Namun dia akhirnya terbujuk rayuan temannya untuk melepas kalung wasiat keluarganya ini.
2 Comments
hilangkan saja lambang & makna PANCASILA pada INDONESIA,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,
[…] “Kisah percintaan sudah popular di media Kaskus. Saya hanya mencoba menulis ulang ceritanya dalam bentuk novel,” kata Penulis Novel Bidadari Terahir, Agnes Davonar di Balikpapan, Selasa (8/9). […]