Fakhri Husaini, Juru Ramu Timnas U 16

NewsBalikpapan –
Tim Nasional Garuda Muda berkibar kencang di turnamen Piala AFF Stadion Gelora Delta Sidoarjo Jawa Timur, sepekan silam. Para pemain muda usia 16 tahun ini menjadi juara setelah mengkandaskan Thailand lewat drama adu penalti.
Eforia kemenangan timnas U 16 masih saja dibincangkan hingga kini. Maklum saja, ini menjadi kemenangan pertama tim junior Indonesia di kancah internasional. Seolah menjawab dahaga penggila bola tanah air akan minimnya prestasi timnas senior.
Semua itu sedikit banyak berkat polesan tangan dingin Fakhri Husaini (53). Pelatih kepala sekaligus bekas pemain timnas era 80 – an ini mampu memaksimalkan permainan David Maulana dan kawan kawan.
Catatan tidak pernah kalah sekaligus mencetak 22 gol merupakan torehan apik timnas U 16 Indonesia di kancah Piala AFF 2018.
“Kuncinya adalah komitmen bersama dari seluruh pihak dan stage holder,” kata Fakhri ketika dihubungi Beritagar, Kamis (16/8).
Maksud komitmen disini, lanjut Fakhri bukan melulu milik pemain di maupun jajaran tim pelatih di lapangan. Namun komitmen dukungan juga perlu direalisasikan PSSI, pemerintah, swasta, masyarakat bahkan hingga media massa. Ya, media.
Kenapa media massa turut pula diikutkan ?
Fakhri punya teori dimana pemberitaan media kerap memberikan dampak negatif terhadap perkembangan mental pemain junior. Mereka menjadi cepat berpuas setelah menerima sanjungan setinggi langit termuat di media massa.
“Media massa terkadang terlalu melebih melebihkan kemampuan seorang pemain dari kualitas sebenarnya,” keluh mantan pemain bola yang kini menjabat Superintendent Bina Wilayah Departemen CSR PT Pupuk Kaltim (PKT) di Bontang .
Pemain junior semestinya terus menempa bakat dan stamina keikutsertaan turnamen reguler digelar pemerintah maupun swasta. Sehingga pada waktunya, para pemain ini otomatis matang secara mental dan permainan guna mengisi line up timnas senior Indonesia.

“Saya tidak pernah membiarkan pemain junior terlalu dominan diantara rekan rekannya. Saya juga melarang mereka berbicara langsung kepada media massa selama berlangsungnya turnamen,” tegasnya.

Permasalahannya, tidak semua daerah di Indonesia rutin menggelar turnamen sepak bola junior di wilayahnya. Fakhri mencatat hanya Jakarta yang menyelenggarakan turnamen reguler bagi pemain junior.
“Ini yang tidak terjadi di Indonesia, setelah usia 16 terus mau apa lagi anak anak ini ? Hanya di Jakarta terdapat turnamen pemain junior yang dilaksanakan reguler tiap tahun, daerah lainnya tidak ada,” ungkapnya.
Fakhri mengkritisi eforia berlebihan diberikan bagi pemain muda seperti halnya Egy Maulana Vikri (18) hingga Evan Dimas Darmono (23). Dua pemain masa depan Indonesia yang seperti dipaksa bermain di liga profesional sebelum waktunya.
Tim sepak bola Polandia, Lechia Gdansk mengontrak Egy tepat di usia 17 tahun dan Selangor FA Malaysia mendapatkan Evan di usia 21 tahun.
“Kita semua tahu di dunia ini hanya segelintir pemain super yang langsung mampu berprestasi di usia mudanya, tidak banyak. Semestinya anak anak ini dibiarkan berkembang dengan sendirinya,” tuturnya.
Ini pula yang mungkin menjadi penyebab minimnya prestasi timnas senior di kancah turnamen internasional. Indonesia bahkan bukan lagi menjadi macan ASEAN dimata tim negara tetangga ; Thailand, Malaysia, Vietnam dan Laos.
Meskipun begitu, Fakhri enggan patah arang meratapi terpuruknya prestasi timnas senior Indonesia. Mantan pemain Bina Taruna, Lampung Putera, Petro Kimia dan Pupuk Kaltim ini memilih langsung turun tangan dengan menukangi akademi Pelangi Mandau PKT Bontang.
Akademi sepak bola yang membina bakat pemain muda usia 8 hingga 16 tahun di Bontang. Fakhri optimis pembinaan bakat muda mampu memunculkan prestasi membanggakan di kemudian hari.
“Melatih di sela sela libur dari rutinitas bekerja di PKT. Saya juga harus memberikan pengabdian yang terbaik selama bekerja di PKT,” papar pelatih kelahiran Lhokseumawe Aceh ini.
Fakhri adalah mantan pemain sepak bola profesional yang memutuskan jadi pegawai PKT Bontang sejak 20 tahun silam. Sebelumnya, ia adalah play maker tim Persatuan Sepakbola (PS) Bontang PKT yang menorehkan prestasi terbaik menjadi finalis Liga Indonesia musim kompetisi 1999/2000.
PKT Bontang menjadi satu satunya tim Kalimantan yang sukses menembus runner up Liga Indonesia. Kasta tertinggi sepakbola Indonesia hingga hari ini.
Fakhri mengawali karir sebagai staff Kepala Biro Personalia. Meski kecintaan pada sepakbola tidak pernah pudar, namun posisinya sebagai karyawan perusahaan tak pernah ia abaikan.
“Saya masih main bola bersama rekan rekan di tim Galatua PKT,” sebutnya.
Fakhri juga dikenal lugas, dan selalu optimis menatap masa depan. Hal itu dibuktikan melalui sederet prestasi, baik dalam sepakbola maupun pengabdian di perusahaan.
Sebut saja Akademi Diklat Mandau. Fakhri berperan besar memajukan akademi sepakbola yang merupakan bagian PS Bontang PKT. Sejumlah nama besar lahir dari Diklat Mandau, seperti Bima Sakti dan Ponaryo Astaman. Juga penjaga gawang Sumardi, dan Yudi Kuncahyo, para pemain andalan timnas Indonesia.
Dedikasi Fakhri di perusahaan mengantarkannya menjabat Kepala Bagian Hubungan Internal Departemen Humas dan Staff Madya III Sekretaris PKT.
Sekretaris Perusahaan PKT, Budi Wahju Soesilo menyatakan, pihaknya memberikan dispensasi bagi pegawai punya keahlian khusus seperti halnya Fakhri Husaini. Perusahaan menilai, negara sedang membutuhkan kepelatihan Fakhir Husaini jelang turnamen Piala AFF U 16 di Sidoarjo Jawa Timur.
“Kami anggap sedang menjalankan tugas negara dan perusahaan memiliki aturan khusus terkait hal ini,” ujarnya.
Sisi lain, Soesilo mengatakan, PKT Bontang punya kewajiban mensukseskan setiap kegiatan yang sudah mengatasnamakan negara. Apalagi kepercayaan perusahaan dijawab Fakhri Husaini dengan menjuarai turnamen Piala AFF U 16 2018.
“Prestasi luar biasa sebagai tim tak terkalahkan dan mencetak gol terbanyak, 22 gol,” tuturnya seraya berharap prestasi timnas ini mampu meningkatkan optimisme masyarakat akan prestasi sepak bola nasional.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *