BPJS Kesehatan Optimalkan Layanan Prajurit TNI

NewsBalikpapan –

BPJS Kesehatan mengoptimakan layanan kesehatan bagi prajurit TNI yang bertugas di wilayah perbatasan negara tetangga. Prajurit TNI kerap mengeluhkan minimnya sarana prasarana kesehatan di sejumlah kawasan perbatasan.

“Anggota TNI secara otomatis adalah peserta BPJS Kesehatan. Layanan JKN-KIS mengoptimakan fasilitas kesehatan tingkat pertama,” kata Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan, Andayani Budi Lestari, Jumat (4/5).

Andayani mengatakan, BPJS Kesehatan dan TNI rutin menggelar pertemuan guna penajaman layanan fasilitas kesehatan. Menurutnya, institusi TNI juga harus mengetahui perkembangan terbaru layanan BPJS Kesehatan.

“Anggota TNI merupakan peserta dan mitra BPJS Kesehatan sehingga juga harus mengetahui setiap kebijakan terbaru dari kami,” sebutnya.

Kondisi infrastruktur kesehatan perbatasan di Kalimantan menjadi kendala utama prajurit TNI di lapangan. Kementerian Pertahanan mendorong pemerintah daerah pembangunan fasilitas umum kesehatan di sejumlah daerah terpencil.

“Pemerintah daerah berperan dalam pembangunan sarana kesehatan di perbatasan,” kata Dirkes Ditjen Kuathan Kementerian Pertahanan, Laksma TNI dr. Arie Zakaria.

Selama ini, Arie mengatakan, warga mengandalkan stok pasokan obat obatan dimiliki prajurit di lapangan. Prajurit TNI memang menyediakan posko layanan kesehatan yang diperuntukan bagi masyarakat.

“Prajurit kami sering membantu sementara bekal obat-obatan yang mereka bawa juga terbatas,” tukasnya.

Imbasnya, Arie mengaku kerap menerima keluhan soal habisnya stok obat obatan prajurit perbatasan. Stok obat sedianya untuk kurun waktu 6 bulan, menurutnya sudah habis dalam waktu 2 bulan saja.

“Bahkan persediaan obat untuk 6 bulan bisa habis hanya dalam tempo 2 bulan saja dan obat itu sebenarnya untuk pasukan, bukan untuk masyarakat,” paparnya.

Termasuk untuk jejaring atau akses evakuasi di perbatasan cukup ekstrem karena harus melalui sungai berarus deras seperti di hulu Mahakam. Sedangkan evakuasi dari jalur udara juga berisiko dengan perubahan cuaca.

“Evakuasinya juga menggunakan fasilitas TNI, tapi begitu kami lihat di lapangan, speedboat saja juga sulit menembus. Paling ampuh pakai helikopter tapi itu pun kerap terkendala cuaca dan kalau pagi hari berkabut sehingga rawan kecelakaan,” jelasnya.

Arie menyebutkan, sebanyak 98 persen dari sekitar 500 ribu lebih prajurit TNI telah telah menjadi peserta JKN – KIS.

“Kalau ada yang belum menjadi peserta itu biasanya anggota baru maupun penugasan di luar daerah seperti pengamanan perbatasan dan di luar negeri,” ungkapnya.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *