NewsBalikpapan –
Enam tahun terakhir ini, mesin fogging (pengasapan nyamuk) milik Puskesmas Muara Badak Kutai Kartanegara Kalimantan Timur teronggok di sudut ujung gudang. Meski masih bisa mengusir nyamuk demam berdarah dengue (DBD), fungsinya tidak dibutuhkan lagi.
“Sudah hampir enam tahun ini atau sejak 2008 lalu, kami melarang kegiatan fogging nyamuk DBD,” kata Sanitarian Puskesmas Muara Badak, Suriami, Sabtu (7/12).
Penyebaran penyakit DBD sempat menjadi ancaman serius bagi warga Muara Badak yang total penduduknya mencapai 50 ribu jiwa. Saat 2007 silam, kawasan ini ditetapkan status kondisi luar biasa (KLB) endemik penyebaran penyakit DBD menyusul jatuhnya 3 korban jiwa dan 27 penderita.
Berbagai langkah antisipasi dilakukan, seperti pembersihan sampah, penyemprotan nyamuk hingga abatenisasi lingkungan masyarakat. Namun nihil. Nyamuk Aedes aegypty penyebab penyakit DBD Muara Badak tidak kunjung mampu dibasmi.
“Malahan nyamuk sepertinya makin kebal dengan pengasapan. Mereka tidak mati saat ada pengasapan, hanya pergi menjauh dan selanjutnya kembali lagi. Apalagi jentik jentik nyamuk kemudian menetas menjadi nyamuk dewasa,” keluhnya.
Saat penyuluhan Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara, Suriami terinsiprasi pemanfaatan musuh alamiah nyamuk Aedes aegypty yaitu bunga Lavender (lavandula angustifolia). Konon, tanaman setinggi 30 centimeter berbunga unggu ini harumnya mampu mengusir nyamuk Aedes aegypty.
Kasiatnya juga dipergunakan sebagai bahan pembuat lotion anti nyamuk salah satu produk kesehatan.
“Saat itu, drg Kuntijo Wibdarminto menyampaikan bahwa Lavender juga bisa mengusir nyamuk,” paparnya.
Suriami lantas mengumpulkan berbagai informasi seputar bunga Lavender – termasuk teknik pembibitannya di Muara Badak. Berbekal bantuan perusaaan minyak gas, Vico Indonesia sebesar Rp 17 juta, dia mengupayakan penanaman bunga lavender di Muara Badak.
“Pertama kali dicoba di pekarangan Puskesmas Muara Badak dan ternyata berhasil. Bunga lavender cocok dengan karakter tanah disini,” ungkap staf Puskesmas Muara Badak yang akhirnya mendapatkan penghargaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas inovasi kesehatan masyarakat ini.
Dokter Puskesmas Muara Badak, Nuraida mengakui fogging punya dampak negative bukan hanya pada nyamuk, namun juga pada kesehatan manusia. Pengasapan bisa menimbulkan efek negative lain seperti halnya gejala sesak nafas hingga infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagi manusia.
Padahal, bukan perkara murah dalam pelaksanaan fogging yang menelan biaya Rp 2,5 juta untuk setiap kali penyemprotan. Apalagi fogging nyamuk mempergunakan obat pestisida jenis malathion 95TC yang bisa dikatagorikan sebagai salah satu racun berbahaya.
“Dampaknya bisa negative bagi manusia. Apalagi sepertinya nyamuk juga makin kebal dengan pengasapan ini,” ujarnya.
Hingga kini, warga Muara Badak sudah makin kenal kasiat bunga Lavender. Puskesmas Muara Badak juga terus menggalakan penanamannya di seluruh kantor pemerintahan Desa Muara Badak.
Nuraida menyatakan bunga lavender terbukti menjadi salah satu alternative murah dalam pemberantasan penyakit DBD di Muara Badak. Prosentasi penyebaran penyakit DBD di Muara Badak, menurutnya terus mengalami penurunan hingga pencapaian tahun 2013 ini.
“Saat ini kami sampaikan penyebaran penyakit DBD mencapai 0 persen di wilayah Muara Badak,” paparnya.
Perwakilan Vico Indonesia, Andin Syamsir mengatakan pihaknya ikut berperan aktif dalam peningkatan sumber daya manusia di Muara Badak yang menjadi daerah eksploitasi migas. Vico Indonesia memprioritaskan alokasi dana corporare social responsibility (CSR) di sejumlah daerah utama diantaranya Muara Badak, Muara Jawa, Marangkayu dan Samboja.
“Bantuan Vico seperti pembuatan sumur bor, revitalisasi posyandu, pelatihan program kesehatan hingga penanggulangan penyakit DBD,” paparnya.

2 Comments
[…] demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Muara Badak. Idenya cemerlang dengan membudidayakan bunga Lavender sebagai musuh alamiah nyamuk Aedes aegypty. Desa Muara Badak kini sudah terbebas 100 persen dari […]
wah itu gambarnya bukan lavender tapi angelonia, ati-ati lavender palsu