Bencana lingkungan mengancam perairan Teluk Balikpapan Kalimantan Timur pasca tumpahan minyak dua hari lalu. Satu persatu dampak negatif kerusakan lingkungan menyusul menyusul temuan bangkai pesut yang tubuhnya terselimuti minyak.
“Bangkai pesut ini sudah terapung di perairan Pantai Klandasan Balikpapan sejak kemarin malam,” kata penggiat Forum Perduli Teluk Balikpapan, Husein, Senin (2/4).
Penggiat lingkungan Balikpapan berinisiatif menarik bangkai pesut sepanjang 205 centimeter ke bibir pantai keesokan pagi harinya. Bangkai mamalia laut ini ditemukan sudah dalam kondisi membusuk dengan usus terburai lewat anusnya.
Husein menduga kematian mamalia dilindungi ini erat kaitannya dengan peristiwa tumpahan minyak dua hari silam. Tumpahan minyaknya membanjiri hampir seluruh permukaan perairan Teluk Balikpapan hingga pantai Penajam Paser Utara.
Selama ini, pesut menjadi satwa khas Kalimantan yang menghuni perairan Teluk Balikpapan dan sekitarnya. Forum Perduli Teluk Balikpapan memperkirakan jumlahnya kian menyusut menjadi 60 ekor akibat permasalahan limbah minyak kapal kapal yang berlalu lalang setiap harinya.
Pesut memang terkenal sebagai mamalia laut yang rentan pencemaran limbah minyak. Kementerian Kelautan Perikanan mencatatkan empat kasus kematian mamalia laut terjadi di perairan Teluk Balikpapan.
“Data kami terdapat dua pesut dan dua lumba – lumba selama tahun 2017 lalu,” ungkap Kepala Satuan Kerja Balikpapan, BPSPL Pontianak KKP, Ricky.
Kematian mamalia laut ini, menurut Ricky seluruhnya akibat terkena pencemaran limbah minyak di Teluk Balikpapan. Mamalia laut bernafas mempergunakan paru paru sehingga dalam periode waktu tertentu harus muncul di permukaan laut.
“Saat muncul di permukaan, mereka terperangkap limbah minyak ini dan akhirnya mati,” paparnya.
Sehubungan temuan bangkai pesut di Pantai Klandasan, Ricky menyatakan akan dilakukan otopsi guna memastikan penyebab kematian mamalia laut ini. Dokter hewan kementerian mengambil sampel jantung, ginjal berikut paru paru untuk diperiksa tes laboratorium KKP.
“Kematiannya harus dipastikan lewat tes laboratorium terlebih dahulu,” paparnya.
Pemeriksaan kondisi fisik luar, Ricky memperkirakan bangkai pesut ini sudah berusia dua hingga tiga hari. Lambung bangkai sudah mulai menggelembung dan menebarkan aroma bau busuk.
Saat banyak korban sudah berjatuhan – polisi tidak menunjukan progres dalam proses penyidikan kasus pencemaran limbah. Kepolisian Daerah Kaltim masih memeriksa saksi saksi yang ada di tempat kejadian kebakaran.
“Kami menarik kasusnya dari penanganan Polres Balikpapan agar lebih efektif,” kata Kepala Bidang Humas Polda Kaltim, Komisaris Besar Ade Yahya.
Selain itu, Teluk Balikpapan berhadapan langsung dengan kilang minyak Pertamina Balikpapan yang kapasitas produksinya 260 ribu barrel per hari. Pertamina tegas membantah terlibat kasus tumpahan minyak di perairan Teluk Balikpapan.
Polisi memang belum menentukan dalang utama dibalik tumpahan minyak ini. Meski begitu, Ade memastikan kasus pidananya sudah jelas dengan adanya bukti minyak di perairan berikut korban jiwa empat orang nelayan, yakni Imam, Wahyu Gusti Anggora, Agus Salim dan Suyono.
“Ada dua korban meninggal ditemukan sehingga totalnya ada empat orang. Satu orang masih dalam pencarian atas nama Sutoyo,” ungkapya.
Lambatnya proses penanganan kasus ini membuat LHB Sikap merasa geram. Direktur, Eben Marwi memastikan kunci utama penyidikan berada di tangan polisi.
“Kami menunggu sikap tegas Kapolda Kaltim mengungkap kasus ini,” tegasnya.
Selama dua hari terakhir, Eben menilai terjadi bencana lingkungan yang mengancam keberlangsungan masyarakat Balikpapan. Teluk Balikpapan, menurutnya menjadi urat nadi perekonomian seluruh warga Balikpapan.
“Ini siapa yang bertanggung jawab ? Jangan ada yang ditutup tutupi. Polisi harus bertindak dengan cepat mengingat dampaknya yang terlihat jelas,” ujarnya.
LBH Sikap mewanti wanti polisi agar dalam sepekan kedepan sudah bisa memastikan tersangka pelaku pencemaran limbah Teluk Balikpapan. Bila tidak kunjung berhasil, Polri harus terjun langsung menuntaskan permasalahan pelik yang terjadi di Balikpapan ini.
Kasus tumpahan minyak di Teluk Balikpapan belum tutup buku dalam waktu dekat. Peristiwa ini menjadi perhatian masyarakat Kaltim selama dua hari terakhir. Bisa dimaklumi mengingat hebohnya peristiwa kebakaran di tengah laut radius 40 meter selama hampir 45 menit.
Kapal pemadam kebakaran milik Pertamina dan Chevron Indonesia selama satu jam berjibaku memadamkan kobaran api yang memanjang di perairan.
Saat bersamaan, Badan SAR Balikpapan membantu mengevakuasi korban yang terjebak dalam kobaran nyala api ini.
Pertamina menerapkan oil boom dan oil spill dispersant (OSD) guna melokalisir keberadaan tumpahan minyak di perairan Semayang, Margasari hingga Pelabuhan ICCI Penajam Paser Utara. Termasuk upaya pemadaman kobaran api agar tidak merembet ke kilang minyak Balikpapan.