Adat Paser Disebut Nondoi

Tari DayakNewsPenajam –
Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur punya budaya adat unik yang dilestarikan hingga kini. Budaya adat dinamai Nondoi lebih dimaksutkan untuk ‘berseh kampong’ – istilah lazim dipergunakan warga setempat.
Semua bermula pada tahun 2007 silam, dimana ada inisiatif pembentukan panitia upacara Adat Paser “Nondoi” di Desa Sepan. Tujuannya untuk berseh kampong dari mara bahaya. Upacara ini dilakukan berkelompok atau individu, waktunya 1 hari, 1 minggu, 1 bulan maupun 40 hari berturut-turut, setelah musibah terlewati diadakan syukuran.

Hal tersebut diutarakan Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) PPU Yahya mengingatkan kembali Adat Paser untuk bisa dilestarikan, karena didalamnya banyak kesenian seperti, Belian, Tari pedalaman dan tari pesisir, Ronggeng, Betore, Sempuri, Gambus, Kuntau.

Dalam acara ini juga turut disertakan kegiatan olahraga tradisional seperti Betapi, Enggrang, Turak buah, Sumpit, Gasing serta makan Kuliner ( jajanan 40 macam), Proses pemotongan kerbau serta Larung saji ke laut.
Oleh karenanya Upaya pelestarian nilai sosial budaya dimaksud mengandung makna perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya daerah merupakan bagian dari langkah untuk memelihara ketahanan budaya bangsa sebagai pilar dan ketahanan nasional. Pelestarian budaya daerah dapat dilakukan dengan kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan yang ada.

Para tokoh dan masyarakat Paser di PPU tidak resah dan khawatir seni budaya Paser hanya tinggal nama. Beberapa upacara didaerah lain merayakan seperti di Kukar ada Erau, di Tames Paser ada Meroa, di Bontang ada Erau Palas Benua Guntung, di Tanah Tidung ada Erau Tengkayu, di Nunukan Irau Raye Lundayan, di Tarakan ada Erau Tingkayu, di Bulungan ada Birau dan Kubar ada Dangai. “Semoga di PPU juga ada upacara semacam daerah lainnya, “Ucap Yahya. ADV

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *