Dikatakan Hetifah, runtuhnya jembatan yang baru digunakan lebih kurang 10 tahun itu merupakan tanda kegagalan penerapan standar keselamatan tersebut. “Kalau perencanaan, pengelolaan, dan perawatannya benar, tentu tidak akan ada masalah,” ucapnya.
Menurut politisi Partai Golkar itu harus ada yang bertanggungjawab terkait runtuhnya jembatan tersebut, karena bukan bencana alam. “Harus ada yang bertanggungjawab. Ini bukan musibah, harus dibedakan antara bencana alam dengan ulah manusia,” terangnya.
Jembatan Kartanegara mulai dibangun pertengahan tahun 1990-an. Jembatan sepanjang 750 meter itu kemudian selesai di tahun 2001 dan langsung digunakan sebagai penghubung, pendekat antara dua kota, Tenggarong-Samarinda. Jembatan itu mengambil bentuk Golden Gate di San Franscisco, Amerika Serikat yang merupakan salah satu jembatan gantung terpanjang di dunia.
Putusnya jembatan Kartanegara ini mengakibatkan warga Tenggarong dan kecamatan-kecamatan di sisi selatan Sungai Mahakam harus memutar melewati Loa Kulu dan Loa Janan sebelum sampai ke Samarinda. Rute yang sama ditempuh oleh distributor barang-barang kebutuhan sehari-hari. Jarak yang semula hanya 40 km, kini menjadi tidak kurang dari 70 km.