“Untuk tiga kapal selam ini nantinya kita akan amankan jalur ALKI II ini,” ujarnya, saat berada di Kota Balikpapan.
Purnomo mengakui pemerintah terlambat dalam melaksanakan modernisasi alutista serta perbaikan kesejahteraan prajurit. Awal era reformasi lalu, pemerintah saat itu masih memfokuskan pada sector perekonomian pasca krisis moneter tahun 2007 silam.
“Sekarang kita bisa memperbarui alutista TNI karena sekarang ekonominya kuat, TNI pun makin kuat. Dulu saat kita reformasi kita tidak memperkuat alutsista kita karena ekonomi belum terlalu kuat sekarang sudah kuat ekonomi kita,” ucapnya.
Menurutnya, seluruh kekuatan ini, termasuk kapal selam, bertugas di wilayah timur Indonesia, terutama menjaga ALKIII, yaitu dari utara perbatasan dengan Malaysia dan Filipina, Selat Makassar, hingga kepulauan Nusa Tenggara di selatan.
“Dari Makassar hanya perlu sekitar satu jam bagi Sukhoi dengan terbang normal untuk mencapai perbatasan dengan Malaysia di Sabah. Sementara Sukhoi mampu terbang hingga mach-2 atau dua kali kecepatan suara,” terangnya.
Saat ini kata Purnomo, selain F-16, TNI AU sudah memiliki 10 pesawat Sukhoi yang pengadaannya dimulai sejak zaman Presiden Megawati. Saat itu pemerintah hanya menargetkan memiliki satu skuadron mini atau berkekuatan 12 pesawat Sukhoi Su-27 dan Sukhoi Su-30.
Dibidang kesejahraan prajurit, lanjut Menhan sebagai upaya peningkatan profesionalisme prajurit TNI, sedikitnya ada enam hal terkait peningkatan kesejahtraan prajurit TNI.
“Pertama alokasi remunerasi 40 persen dari gaji, uang aluk pauk, kenaikan berkala, gaji 13, santunan cacat prajurit dan bea siswa putra – putrinya,” tambahnya.
Dengan adanya alutista yang modern, dan makin profesionalnya TNI seiring meningkatnya kesejahtraan prajurit, Purnomo memastikan TNI akan mampu menangkal gangguan Negara lain baik di udara, laut maupun daratan.