Pembangkit yang dimaksut, kata Junaidi adalah PLTD yang terletak di Balikpapan, Samarinda, Kutai Kartanegara dan Nunukan. PLN Kalimantan Timur secara bertahap juga menghentikan kerja sama dengan pihak ketiga yang masih berbahan bakar disel.
Keputusan ini, menurut Junaidi merupakan penghematan bagi PLN Kalimantan Timur. Dalam penyediaan bahan bakar solar, katanya PLN Kalimantan Timur musti mengalokasikan anggaran hingga Rp 1,4 triliun setiap tahunnya.
“Ini untuk solar saja di seluruh pembangkit listrik di Kaltim,” paparnya.
Junaidi mengaku optimisi pasokan gas sudah dapat terpenuhi lewat kerjasama dengan sejumlah perusahaan asing minyak dan gas di Kalimantan Timur. Penjajakan terus dilaksanakan hingga nantinya terjadi kesepakatan pasokan gas kepada PLN.
“Sebelumnya mereka enggan menjual gasnya ke PLN namun penjajakan sudah kami lakukan dan hasilnya positif,” tuturnya.
PLN Kalimantan Timur membutuhkan minimal pasokan sebanyak 122 MMBU gas untuk bahan bakar seluruh pembangkit listriknya. Hingga saat ini, PLN Kalimantan Timur baru menerima 11,48 MMBU pasokan gas dari total kebutuhan keseluruhannya.
“Masih kurang dari kebutuhan seluruhnya,” ujarnya.
Disamping itu, PLN Kalimantan Timur juga mengoptimalkan pasokan batu bara untuk memenuhi kebutuhan PLTU. Pembangkit listrik di Kalimantan Timur membutuhkan sedikitnya 13 ribu metrix ton batu bara setiap harinya.
“Kami baru mendapatkan pasokan 1.300 ton batu bara setiap hari, namun kami yakin jumlahnya terus meningkat,” ungkapnya.
PLN Kalimantan Timur mampu menghasilkan 250 MW daya listrik untuk mensuplai kebutuhan sistim Delta Mahakam. Saat pengoperasian pembangkit listrik tenaga gas diyakini mampu meningkatkan daya listriknya dari total beban puncak kebutuhan masyarakat.