Jembatan Pulau Balang
10 March 2013
Balikpapan Sepakat Bangun Monorail
13 March 2013

Memangkas Beban Tahu Somber

Pengusaha tahu Somber dan kethel uapnya

Pengusaha tahu Somber dan kethel uapnya

Balikpapan –

Bunyinya begitu keras. Klotok, klotok, klotok. Suara ini yang mengiringi Hidayatullah Muntholib usia 37 saat memasak santan kedelai dalam prosesnya menjadi tahu. Tahu, satu jenis makanan dari turunan kacang kedelai yang digemari hampir seluruh masyarakat di Indonesia.

Usut punya usut, ternyata suara itu berasal dari gelembung gelembung uang panas yang disemburkan kethel uap milik pengusaha muda pembuat tahu tempe di Kawasan Industri Kecil Tahu Tempe Somber Balikpapan Kalimantan Timur. Lewat pipa besi berukuran 10 inci tersambung dinding kethel dan panci almunium – ujungnya menyemburkan uap panas bertemperatur 100 derajat celcius.  Sekejab mata, aliran uap panas ini mampu mendidihkan se ember santan – inti sari perasan bubur kedelai.

“Itu cuma suara uang panas kala mendidihkan santan kedelai. Tidak ada yang perlu ditakutkan,” kata Tholib sambil bibirnya mengulum senyum.

Tholib pantas saja tersenyum geli. Pasalnya ada sebagian rekannya – sesama pengusaha tahu tempe di Balikpapan yang menolak memakai alat kethel uap sejenis miliknya, hanya karena takut mendengar berisiknya suara gelembung uap panas ini.

Mereka mungkin keder saat mendengar suara bising dibuat kethel saat mendidihkan santan kedelai. Bisa dimaklumi mengingat sebagian besar produsen tahu tempe Balikpapan masih mempergunakan sistim tradisional dalam pengolahannya. Mereka merebus santan kedelai dalam panci raksasa untuk mendapatkan inti sari kedelai. Akibatnya, kerak kerak kedelai banyak yang tertinggal di dinding panci yang bisa berakibat pada turunnya produksinya.

Padahal dalam prakteknya, Tholib berani menjamin tingkat keamanan kethel uap setinggi 160 centimeter yang dipuncaknya menjulang kran pipa besi pembuang uap panas sisa pembakaran. Agar lebih menyakinkan, Ia langsung mempraktekan bagaimana mengoperasikan kethel dalam dapur mini ukuran 4 x 4 meter ini

“Kalau air dalam kethel sudah habis, secara otomatis uap panasnya akan keluar dari pipa pembuangan yang diatas. Kalau sudah seperti itu, tinggal kita tambah air dalam kethel,” paparnya.

Keterlambatan pengisian air dalam kethel memang bisa berdampak fatal. Tekanan uap panas hasil pembakaran tentunya bisa menekan dinding tabung kethel sehingga berakibat fatal.

“Namun gampang mengantisipasinya, kita musti tetap mewaspadai pipa uap pembuangan yang diatas. Kalau uap panas keluar, segera kita tambah dengan air,” ujarnya seraya membuka keran air menghubungkan bak air dengan kethel uap.

Malahan, setelah dua bulan terakhir mencoba kethel uap ini, Tholib mulai merasakan keuntungan nyata bisa diraihnya secara langsung. Lewat sistim pemanasakan santan kedelai dengan uap panas, dia mengaku bisa memangkas minimal 50 persen dari total pengeluaran operasional. Dengan produksi sama sebanyak 30 kilogram kedelai per hari, Tholib mampu menghemat pengeluaran gaji dua karyawan, bahan bakar minyak tanah/kayu bakar dan operasional rutin harian. Totalnya cukup lumayan yaitu sebesar Rp 4 juta per bulannya.

“Banyak sekali yang bisa dihemat, gaji dua pegawai Rp 1.400.000 dan bakar bakar minyak tanah atau kayu bakar sebesar Rp 1.950.000 serta operasional harian Rp 600 ribu. Totalnya sekitar itu,” ungkapnya. Untuk pembakaran kethel, cukup dengan gas elpiji yang dalam sebulan hanya empat kali penggantian.

Kethel uap ini memang unik. Hanya dalam tempo 10 menit sudah mampu menyemburkan energy uap panas yang fungsinya untuk memasak santan kedelai hingga masak. Teknik memasak dengan memanfaatkan uap memang bisa mengurangi adanya kerak kerak santan kedelai di sekitar dinding panci. Lain ceritanya bila nyala api langsung dipergunakan untuk memasak santan kedelai didalam panci almunium.

“Kerak santan kedelai akan memenuhi dinding panci, tentunya akan mengurangi jumlah produksi,” kata Tholib.

Sekarang ini untuk bahan dasar kacang kedelai sebanyak 30 kilogram, mampu menghasilkan 1.050 persegi tahu ukuran 7 x 7 centimeter. Padahal dengan teknik lama, paling banter hanya mampu memproduksi sebanyak 800 persegi tahu dengan ukuran yang sama.

“Sekarang produksinya makin banyak dengan rasa yang lebih sedap tanpa ada bau sangit akibat pembakaran,” paparnya.

“Saya jual seharga Rp 1.000 per biji tahu yang saya namai tahu Sutra Somberku,” imbuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *