Kisah Pemuda Balikpapan Nekat Dakwah di Gereja

NewsBalikpapan –

Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus Jalan Dahor Balikpapan Kalimantan Timur jelang beribadah misa, Minggu (2/12/2018) pukul 08.00 Wita. Puluhan jamaah umat katolik tertib memasuki gereja sembari mencelup jemari ke bejana air suci.

Tanda salib pun dibuat sebagai perlambang Allah Tritunggal Mahakudus.

“Itu merupakan ritual dan kebiasaan umat katolik saat memasuki gereja,” kata seorang jamaah Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus Balikpapan, Toni, Minggu (9/12/2018).

Ibadah misa minggu pagi itu sudah dipenuhi puluhan jamaah umat katolik Balikpapan. Toni mengenali satu persatu raut muka jamaah yang hadir.

Namun kali ini, ibadah misa terasa beda. Toni mengenali sosok anak muda yang terasa asing baginya. Penampilannya pun terkesan asing; bercelana cingkrang, berjenggot tipis dengan menggendong tas ransel yang tidak seberapa besar.

“Sangat jarang jamaah kami membawa tas saat beribadah. Penampilan pria ini sangat berbeda,” ungkapnya.

Toni kian curiga tatkala pria ini melintasi bejana air suci tanpa mencelupkan jemarinya. Pria yang belakangan diketahui berinisial MR (19), terlihat kebingungan memasuki ruang ibadah gereja.

“Kami masih berpikir positif dengan mempersilakannya duduk dibarisan belakang,” paparnya.

Namun sesaat pastor hendak berkotbah, MR bergegas pindah duduk dibarisan paling depan. Posisinya persis berhadapan dengan barisan chors gereja.

Letaknya bersebelahan mimbar pastor.

Nah, disinilah kecurigaan jamaah Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus menguat. Bahkah, Pastor Paulinus Mariyanto sempat heran dengan MR yang sukarela duduk di barisan kursi paling depan.

“Biasanya jamaah lain susah untuk diminta memenuhi kursi paling depan. Tapi dia dengan sukarela duduk di barisan terdepan. Namun konsentrasi saya memang lebih tertuju pada mayoritas jamaah lain,” sebut pastor ini.

Bila pastor tidak terlalu memperhatikan – lain halnya dengan para jamaah. Toni dan rekannya sudah bersiaga, kala MR mendekati mimbar.

Tanpa dikomando, mereka kompak menduduki posisi di kiri kanan MR.

“Sebenarnya jamaah lain sudah bersiap dibelakangnya. Kami tidak ingin ada kejadian penyerangan di gereja Yogjakarta terulang kembali di Balikpapan,” tegasnya.

Ternyata kecurigaan Toni dan jamaah lain cukup beralasan. Sesaat Pastor Paulinus Mariyanto menuntaskan kotbahnya – MR beranjak menghampiri mimbar sembari menenteng ranselnya.

Baru dua langkah kakinya melangkah, enam pria merangseknya. Mereka sigap meringkus pemuda drop out perguruan tinggi jurusan sastra Arab ini.

“Kami menangkapnya bersama sama, dia sempat berontak. Kami bawa keluar dari ruangan gereja,” ungkap Toni.

Perlawanan MR akhirnya berhenti kala jamaah menelungkupkannya di lantai beranda gereja. Petugas security menali tangan dan kakinya agar berhenti melawan.

“Dia hanya berteriak Allahuakbar dua kali dengan kencang,” tuturnya.

Sesaat kemudian, aparat Polres Balikpapan dan Gegana Brigadir Mobil Polda Kaltim berdatangan menyisir seluruh badan gereja.

Petugas Detasemen Khusus Anti Teror 88 bahkan sempat memeriksa langsung pelaku.

“Ada temuan barang bukti senjata tajam dan buku pelajaran tentang agama di tasnya,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Balikpapan, Ajun Komisaris Mahfud Hidayat.

Namun dalam pemeriksaan polisi, Mahfud mendapati prilaku menyimpang ditunjukan MR. Pelaku memberikan keterangan berubah ubah menjawab pertanyaan petugas.

Apalagi terungkap pula, pelaku belum genap sebulan diamankan polisi memasuki Gereja IPEKA di komplek perumahan Balikpapan Baru.

Kala itu, ia memaksa berdakwah dihadapan jamaah.

“Pertengahan bulan November lalu diamankan petugas,” tuturnya.

“Alasannya ingin berdakwah memperkenalkan agama Islam di gereja,” imbuhnya.

Bahkan di kalangan umat islam pun tersangka kerap berbuat onar. MR sempat kedapatan berceramah maraton di mimbar masjid sejak subuh hingga beranjak siang.

“Jamaah setempat akhirnya yang menurunkannya secara paksa dalam berceramah. Mungkin di gereja dia ingin berceramah pula,” tutur Mahfud.

Tiga fakta ini pula menjadi dasar, kenapa Polres Balikpapan ditunjuk menangani kasus ini dan bukan Densus 88. Seperti diketahui, detasemen berlambang burung hantu ini yang menangani segala bentuk kejahatan terorisme.

Penyidik  mengecek kondisi kejiwaan pelaku yang diketahui merupakan pasien Rumah Sakit Jiwa Samarinda.

“Kami mintakan kepastian kondisi kejiwaan pelaku dahulu,” papar Mahfud.

Sembari menunggu oberservasi kejiwaan tersangka, Mahfud menyiapkan pasal Undang Undang Darurat kepemilikan senjata tajam dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara.

Namun ancaman pidana ini pun terancam gugur bila sudah dipastikan kondisi kejiwaan tersangka.

“Orang gila dianggap tidak bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya. Minggu depan sudah diketahui hasil observasi kejiwaan tersangka ini,” ujarnya.

Keraguan kepolisian diperkuat keterangan saksi saksi yang kenal keseharian warga Kelurahan Margo Mulyo, Balikpapan Barat.

“Saya mengetahui warga mana saja yang sakit jiwa dan stres,” kata Pekerja Sosial Masyarakat Kelurahan Baru Ilir, Dinas Sosial Balikappan, Sawiyah.

MR berasal dari keluarga berkecukupan sehingga mampu menyekolahkannya ke perguruan tinggi Surabaya. Seperti halnya remaja ABG zaman now, ia menggemari cabang olah raga bola basket.

“Dia sempat mau berangkat ke Amerika untuk ikut lomba NBA (National Basketball Association),” ungkap Sawiyah.

Namun baru baru ini, entah kenapa MR mulai menampakan prilaku aneh dan tidak wajar. Tanpa ada angin dan hujan, ia terkadang agresif sehingga mencemaskan lingkungannya.

“Saya terpaksa ancam dia, kalau bikin ribut akan dibawa ke panti sosial oleh Satpol PP Balikpapan,” tegas Sawiyah.

Sempat tersiar kabar pula prilakunya disebabkan depresi akibat gagal melanjutkan kuliahnya. Pihak keluarga sendiri sudah angkat tangan dengan menyerahkan penangannya pada Dinas Sosial Balikpapan.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *