Getar Tambang, Pura Hindu Kukar Amblas

NewsKutai Kartanegara –

Raut kecemasan umat Hindu di Desa Kertabuana, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim) terlihat mendung. Bagaimana tidak, Pura Prajapati ambles, Selasa (18/6/2019).

Keberadaan Pura Praja Pati sangat penting bagi 400 kepala keluarga (KK) setempat. Umat hindu warga transmigran yang puluhan tahun berdam di Kertabuana.

Pantauan lapangan, pondasi depan, kiri, kanan dan altar di bagian pemujaan turut ambruk dengan lantai cor pecah berkeping-keping menurun sekitar 1 meter.

Menyisahkan tugu tunggal di tengah Pura Praja Pati. Hujan deras sepekan lalu paskah lebaran membuat tanah di sekitar lokasi Pura bergerak.

Luasan pura Prajapati sekitar 15X10 meter persegi. Posisi letak disamping Pura Dalam dan Balai Pertemuan yang posisinya lebih tinggi. Pura Prajapati adalah tempat khusus prosesi menuju ritual ngaben untuk selanjutnya abu tersebut dilarutkan ke Sungai Mahakam.

Komplek peribadatan ini tak jauh dari tempat pembakaran jenazah setelah melalui acara ritual di Pura Prajapati.

Hujan deras pada tanggal 9 Juni 2019 lalu mengguyuri kawasan sekitar diduga sebagai pemicu. Sebagai informasi, Pura Prajapati baru dibangun dua tahun lalu. Bangunan Pura umat Hindu urunan direhab.

Setelah direhab permanen, ambruk total diketahui warga pada tanggal 15 Juni 2019. Dua tugu lawang roboh yang berfungsi pagar muka Pura Praja Pati.

Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PDHI) Desa Kertabuana Kutai Kartanegara I Komang Widyana mengatakan retakan kecil sudah terlihat sejak beberapa bulan lalu.

Namun, pihaknya tak pernah berpikir sampai separah ini. Dari keretakan kecil tersebut perlahan mulai membesar hingga puncaknya pada pekan lalu

Awalnya, umat sempat merespon dengan  membuat turap. Kayu Ulin sudah di tanam disekitar pura. Tetapi belum kelar di turap, Pura Praja Pati sudah ambrol terlebih hujan turut berkontribusi.

“Posisi pura pun sebelumnya memang miring. Tapi oleh warga dipercepat. Pembangunan dengan pondasi sehingga bertahan kurang lebih dua tahun. Tapi setahun kemudian, sudah miring diikuti retakan tanah,” kata I Komang 16 Juni 2019 saat dikonfirmasi di lokasi.

I Komang menyebut, lokasi pembangunan Pura memang berada di lahan timbunan. Sehingga sangat mudah bergerak. Ini juga memberi kontribusi atas degradasi tanah di lokasi Pura.

Ia tak ingin menyalahkan lokasi tambang batu bara yang beroperasi di dekat Pura. Dari pencitraan dapat diukur dan ditemukan berjarak sekira 450 meter dari permukiman warga.

“Kami sudah rapat. Kerusakan ini tentu jadi tanggung jawab kami. Kami tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Kami sebagai pengurus kepada masyarakat penting untuk menyikapi dengan bijak. Ajak warga urunan untuk membangun kembali misalnya Rp100 ribu per KK,” katanya.

Secara fungsi, Pura Praja Pati cukup vital. Pura ini selalu ada pada setiap umat Hindu yang sudah hidup secara berkelompok dengan empat blok dengan total sekira 4ribu jiwa.

Lantas bagaimana jika ada yang meninggal mendadak ketika Pura Prajapati belum dibangun kembali. I komang mengatakan, ritual kematian bisa dipindah ke lokasi lain dengan ritual.

“Kami akan mengadakan ritual kembali untuk pemindahan Pura Praja Pati,” jelasnya.

Ia tak ingat jelas keseluruhan dana untuk pembangunan pura. Karena semua dana berasal dari urunan umat. Total umat Hindu di Desa Kerta Buana ada 400 kartu keluarga atau sekitar 3 ribu jiwa.

Dipantau lapangan, alat eksavator sedang mengeruk lahan. Meratakan lahan untuk pemindahan pembangunan Pura Prajapati disamping lokasi amblas. Eksavator milik PT Kitadin yang beroperasi tak jauh dari lokasi pura. Mereka mematangkan lahan secara cuma-cuma.

Menurut penuturan warga sekitar, Perusahaan tersebut yang beroperasi di sekitar Pura milik PT Kirain.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *