NewsBalikpapan –
Muhammad Fadhil (39) tertawa girang membuka pintu mobil multi purpose vehicle (MPV) miliknya. Driver transportasi daring Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) semanak melayani pelanggan.
Setahunan ini, pria asal Jawa Timur menekuni profesi barunya.
“Paling penting halal demi menghidupi keluarga,” katanya membuka percakapan, Kamis (13/6/2019).
Fadhil pemain baru di jasa layanan transportasi online Balikpapan. Sebelumnya, sempat jadi pengangguran delapan bulan terakhir.
Semua gara gara perusahaan subkontraktor tambang tempatnya kerja sepi order. Disitu, ia menyopiri truk yang beraktifitas di wilayah site tambang Kabupaten Kutai Kartanegara.
“Perusahaan sepi order sejak tahun 2016 lalu. Padahal jasa saya dihitung saat menjadi sopir di lokasi tambang,” keluh Fadhil.
Sektor tambang Kaltim hampir lumpuh sepuluh tahun terakhir ini. Imbasnya bak efek domino, satu persatu perusahaan subkontraktor bertumbangan.
Seperti juga jasa rental mobil tambang yang jamak ditemui di Samarinda dan Balikpapan.
Lama menganggur membuat Fadhil banting stir peruntungan sopir transportasi daring. Mobil pinjaman mertua menjadi modal menjaring penumpang.
“Mertua kan juga tidak ingin kalau cucunya tidak bisa makan,” tuturnya sembari terkekeh ramah dibelakang kemudi.
Perusahaan subkontraktor tambang terdampak lesunya ekonomi Kaltim. Mereka yang dulunya sempat jaya harus memutar otak agar dapur tetap kepul.
“Kalau tidak mobil keluar artinya tidak ada pendapatan masuk,” keluh Fadhil.
Dalam kasus ini, Fadhil tidak dipecat perusahaan. Tapi kalau sepi order – sama saja ceritanya pulang tanpa memperoleh hasil.
“Akhirnya memberanikan diri pinjam uang mertua, beli mobil untuk jadi driver online. Istilahnya dapat kredit lunak dari mertua, diangsur per bulannya,” papar Fadhil puas pendapatan kotor Rp 6 juta per bulan.
Fadhil contoh mereka yang terimbas lesunya ekonomi Kaltim. Banyak diantara mereka ini yang beralih profesi di sektor bukan bidang utamanya.
Padahal dulu, mereka hidup mapan dengan gaji belasan juta per bulan. Kemapanan ekonomi yang menggairahkan sektor lain.
Seperti bisnis perumahan ttumbuh subur di Samarinda dan Balikpapan. Pengembang level besar, menengah, kecil hingga makelar amatir menawarkan beragam hunian kisaran harga Rp 250 juta hingga Rp 1,5 miliar per unit.
Dimasanya banyak terjadi investasi properti menjanjikan dengan keuntungan berlipat.
“Tetangga saya menjual rumahnya seharga Rp 600 juta dari harga beli pertama cuma kisaran Rp 250 juta pada lima tahun lalu,” papar Dani (40), warga Balikpapan.
Berharap peruntungan sama, Dani lantas ikut menawarkan rumahnya di komplek Kumala Residence Balikpapan. Tidak tanggung tanggung, ia mematok harga Rp 850 juta untuk rumah tipe 60.
Ia berharap harga rumahnya terkerek berkat bergairahnya bisnis properti di Balikpapan. Lebih lagi saat bersamaan, mereka pindah ke Yogjakarta.
“Saya percaya diri menawarkannya dengan harga Rp 850 juta sejak 2017 silam,” katanya.
Artinya, Dani mengincar untung Rp 550 juta harga rumahnya.
Namun malang tidak bisa dihindari dan untung pun sulit diraih. Alih alih untung besar – rumahnya tidak dilirik pembeli dua tahun ini.
Padahal, pria ini butuh dana segar modal usaha di kota barunya.
“Kok rumah saya hingga kini tidak ada yang beli ? Saya tetap bertahan dengan harga sebesar ini,” tegasnya.
Dani bukan satu satunya keluarga menjual rumah. Komplek perumahannya terdapat empat hunian lain memasang papan plang tertulis DIJUAL.
Harganya pun tidak murah, Rp 745 juta hingga Rp 1,5 miliar.
“Semuanya belum laku laku hingga sekarang ini. Kalau tetangga saya terpaksa menjual rumah setelah tidak lagi kerja di tambang atau migas,” ungkap Dani.
Bergeser ke komplek sebelah kondisi kurang lebih sama. Graha Permata Residence, 200 meter jaraknya dari rumah Dani. Lima tahun ini, sepertiga huniannya kosong oleh tulisan dijual atau dikontrakan.
“Sama juga terjadi di perumahan sebelah, tapi tidak laku laku,” papar Dani.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) di Samarinda mengakui lambatnya ekonomi Kaltim selama empat tahun ini.
Ekonomi tersuram terjadi masa 2015 dan 2016.
“Pertumbuhan ekonomi terparah selama tahun itu. Pertumbuhan ekonomi minus hingga 1,2 persen,” papar Kepala BI Samarinda, Muhammad Nur.