Balikpapan –
Sejumlah perusahaan penerbangan Balikpapan Kalimantan Timur mereguk untung menyusul kolapsnya PT Metro Batavia operator maskapai Batavia Air. Perusahaan perusahaan ini memperoleh kenaikan tingkat keterisian penumpang yang sempat jadi pelanggan Batavia Air.
“Ada peningkatan rata-rata sekitar 5% dari load factor kami yang mencapai rata-rata 90% untuk semua rute,” kata District Manager Balikpapan Sriwijaya Air I Gusti Ngurah Ramajaya, Kamis (7/2).
Tercatat ada empat frekuensi penerbangan Batavia Air melalui Bandara Sepinggan yang harus berhenti beroperasi karena putusan pailit tersebut. Empat rute tersebut yakni rute Balikpapa–Yogyakarta, Balikpapan–Berau, Balikpapan–Banjarmasin– Surabaya, dan Balikpapan–Surabaya. Masing-masing penerbangan tersebut setidaknya berkapasitas hingga 148 penumpang.
Ramajaya mengatakan imbas kepailitan tersebut menyebabkan adanya peningkatan load factor hingga mencapai 5% pada rute-rute yang sebelumnya juga dilayani oleh Batavia Air. Beberapa rute tersebut diantaranya seperti Balikpapan-Berau, Balikpapan-Banjarmasin, Balikpapan-Yogyakarta dan Balikpapan-Surabaya.
Saat ini, frekuensi penerbangan Sriwijaya Air dari Bandara Sepinggan telah mencapai 13 kali yakni tiga kali menuju Tarakan serta dua kali menuju Surabaya, Jakarta dan Berau. Adapun rute sisanya, yakni Makassar, Jogja, dan Palu masing-masing memiliki satu kali frekuensi penerbangan.
Khusus untuk Berau pihaknya memang baru saja menerima tambahan alokasi frekuensi penerbangan dari pengelola bandara. Namun, hal ini tidak berkaitan dengan penutupan operasional Batavia Air karena telah diusulkan jauh hari sebelum ada keputusan pailit tersebut.
General Manager Branch Office Balikpapan PT Garuda Indonesia Tbk Setya Budhi menuturkan adanya peningkatan load factor pasca pailitnya Batavia air. Kendati demikian, dirinya menyebut dampak kenaikan tersebut cukup kecil mengingat penguasaan pasar Batavia Air hanya sekitar 6%-8% dari total penumpang.
“Rute Balikpapan-Jakarta yang meningkat sekitar 3%,” tukasnya.
Adapun untuk rute Balikpapan-Yogyakarta, yang saat ini memiliki load factor di atas 80%, masih belum terkena dampak kenaikan. Rute lain, imbuhnya, masih belum menunjukkan adanya pergerakan penambahan penumpang. Budhi menyebutkan secara rata-rata, load factor Garuda dari Balikpapan mencapai 80% dengan dominasi penerbangan tujuan Jakarta yang mencapai 82%. Sementara tujuan yang telah dibuka lama seperti Surabaya dan Makassar rata-rata berkisar antara 70% hingga 75%.
“Kalau Tarakan memang masih 60% karena kami memang baru di sana. Kami dorong dulu connectivity sebagai tugas kami di sini,” katanya.
Budhi mengatakan perbedaan segmen pasar menjadi salah satu penyebab imbas pailit tersebut tidak berdampak terlalu besar. Namun, dirinya berharap ada perpindahan penumpang bisnis yang menggunakan maskapainya.