Transformasi Sekolah Sekolah Balikpapan

NewsBalikpapan –

Politeknik Balikpapan Kalimantan Timur enam tahun  ini sudah resmi menjadi perguruan tinggi negeri. Sekolah tinggi teknik ini dulunya dibawah Yayasan Pendidikan Pemkot Balikpapan – guna mewujudkan visi kota menjadikan warganya tuan di kotanya sendiri.

“Kami memang dibangun dengan tujuan utama meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) warga Balikpapan,” kata Direktur Politeknik Balikpapan, Ramli, Jumat (15/9).

Politeknik Balikpapan berdiri dimasa kepemimpinan Wali Kota Balikpapan, Imdaad Hamid periode 2001 – 2011 silam. Pria berdarah Kutai usia 73 tahun ini menjadi motor pendirian Politeknik Balikpapan yang digadang gadang mencetuskan tenaga kerja high skill bidang teknik.

“Pak Imdaad sejak awal sudah komitmen membangun Politeknik Balikpapan hingga seperti sekarang ini,” papar Ramli.

Semula, Politeknik Balikpapan adalah sekolah tinggi swasta dibawah naungan Pemkot Balikpapan secara mandiri. Sementara menunggu fisik gedung perkuliahan, para mahasiswanya nebeng proses belajar mengajar di SMK 1 Balikpapan. Pemkot Balikpapan membangun kampus Politeknik Balikpapan dilahan seluas 15 hektare menelan anggaran hingga Rp 104 miliar.

“Selama hampir 3 tahun mengikuti proses perkuliahan di SMK 1 Balikpapan. Ada beberapa tenaga pengajarnya adalah  para guru di SMK 1 Balikpapan,” ungkapnya.

Kini, Pemkot Balikpapan sudah menyerahkan pengelolaan Politeknik Balikpapan pada Kementerian Pendidikan Tinggi, enam tahun silam. Asset bangunan dan lahan seluas 15 hektare senilai Rp 104 miliar turut dihibahkan – agar Politeknik Balikpapan meningkatkan kemampuannya sebagai perguruan tinggi mapan negeri ini.

Dalam usianya yang masih muda, Politeknik Balikpapan sudah mulai berlari. Kampus negeri pertama di Balikpapan langsung membuka lima jurusan utama : Teknik Mesin, Elektro, Sipil, Perhotelan dan Akuntansi. Daya saing minat mahasiswanya kian ketat, dimana 2 ribu pendaftar hanya 300 yang diterima menjadi mahasiswa Politeknik Balikpapan.

“Kami setiap tahunnya hanya menerima 300 mahasiswa sesuai kemampuan dan kapasitas Politeknik Balikpapan saat ini,” ungkap Ramli.

Guna peningkatan kualitasnya, Politeknik Balikpapan rutin menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi teknik, baik dalam maupun luar negeri. Klausul memorandum of understanding (Mou) mencantumkan peningkatan kualitas tenaga pengajar berikut program pertukaran mahasiswa.

“Kami sudah kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Politeknik Semarang hingga Politeknik Malaysia dan Politeknik Taiwan,” ujarnya.

Ramli mengidamkan, jebolan Politeknik Balikpapan mampu memenuhi tuntutan sektor industri yang kian ketat spesifikasi persaingannya. Kampus sudah menjamin penerbitan sertifikasi kompetensi bagi lulusan Politeknik Balikpapan saat ini.

“Selama ini, lulusan Politeknik Balikpapan mampu memenuhi kebutuhan sektor industri di Kaltim. Beberapa diantaranya bahkan ada di industri Qatar, Arab Saudi hingga sejumlah negara Eropa,” paparnya.

Terbukti, para lulusan Politeknik  menjadi incaran perusahaan  berkantor di Balikpapan seperti Unitet Tractor, Trakindo. PT BAS, Indosat, Telkom dan lain lain. Politeknik Balikpapan sempat sesumbar, lulusannya hanya butuh waktu maksimal 3 bulan sebelum akhirnya diterima kerja.

“Bukannya sombong, lulusan kami potensi kerjanya tinggi. Hanya butuh waktu menunggu 3 bulan sebelum akhirnya diterima kerja,” tuturnya seraya menambahkan beberapa lulusan terbaik bahkan sudah direkrut sebelum menyelesaikan proses perkuliahan.

“Ada yang belum lulus sudah direkrut duluan perusahaan,” imbuhnya.

Saat ini dengan kian beratnya tuntutan, Politeknik Balikpapan dihadapkan ketatnya dunia pendidikan dunia. Politeknik Balikpapan bukan hanya bersaing dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia – tapi juga sekolah tinggi di seluruh penjuru dunia.

Usia Politeknik Balikpapan memang baru seumuran jagung, sehingga keterbatasan infrastrukturnya tertinggal dibandingkan sekolah lainnya di Jawa. Peraturan Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi mensyaratkan laboratorium Politeknik harus sesuai standar.

“Idealnya satu mahasiswa memegang 1 alat praktek dan ruang laboratorium. Politeknik Balikpapan sudah lengkap alat prakteknya untuk jurusan teknik elektronik,” paparnya.

Sisanya, menurut Ramli hingga kini masih menunggu kemurahan hati Kementerian Pendidikan Tinggi lewat kucuran infrastruktur kampus senilai Rp 120 miliar. Anggaran sebesar itu peruntukannya pembangunan kampus program studi tata boga, confersi energi, konstruksi jalan dan jembatan, akuntansi serta rekayasa listrik.

Politeknik Balikpapan hanya menerima alokasi anggaran operasional sebesar Rp 19 miliar per tahunnya peruntukan akademisi, pemeliharaan kecil kampus, kegiatan mahasiswa, kerjasama pihak luar, mutu internal dan akreditasi. Politeknik Balikpapan membutuhkan suntikan dana lumayan besar guna mengejar ketertinggalannya dibandingkan kampus lainnya.

“Membangun Politeknik memang membutuhkan anggaran sangat besar, apalagi kalau sudah masuk program revitalisasi. Kami sudah lama mengajukan anggaran pembangunan infrastrukur yang hingga kini belum disetujui,” keluhnya.

Kuliah di Politeknik Balikpapan tentunya juga membutuhkan biaya tidak murah bagi mahasiswanya. Pemkot Balikpapan memaklumi dengan pula mendorong pengembangan sekolah menengah kejuruan ilmu teknik dan akuntasi. Sekolah menengah kejuruan semestinya mampu menghasilkan tenaga kerja level menengah yang siap bekerja.

“Sekolah kami menjadi unggulan sekolah kejuruan di Balikpapan,” kata Wakil Kepala Humas SMK 1 Balikpapan, Bernat Sianturi saat ditemui di kantornya.

Asal muasalnya, SMK 1 Balikpapan termasuk diantara sekolah sekolah kuno yang sudah berdiri sejak 1958 silam. Embrionya adalah STM Swasta Pertamina yang peruntukannya memenuhi kebutuhan pegawai perusahaan plat merah untuk jurusan bangunan air, bangunan gedung dan listrik.

Pada masanya STM Swasta Pertamina penyumbang tenaga terampil bagi industri minyak dan gas Balikpapan. Kala itu, Pemerintah dalam proses peralihan awal awal kemerdekaan serta berlangsungnya proyek raksasa pembangunan kilang unit pengolahan minyak di Balikpapan.

Dalam prosesnya, sekolah ini kemudian bertransformasi menjadi SMK 1 Balikpapan menempati area seluas 4,5 hektare di Kelurahan Sepinggan. Sekolah kejuruan ini kemudian membuka 12 program kejuruan dengan total muridnya sebanyak 2 ribu siswa.

“Siswa SMK 1 Balikpapan diseleksi lulusan terbaik SMP di Balikpapan. Program studinya menjadi unggulan terutama program otomotif dan mesin,” ungkap Bernat.

Bernat membeberkan, SMK 1 Balikpapan punya strategi tersendiri agar sekolahnya menghasilkan tenaga kerja terampil. SMK 1 Balikpapan membatasi proses belajar mengajar maksimal diikuti sebanyak 20 siswa.

Secara psikologis, pembatasan siswa ini diharapkan mampu memaksimalkan transfer ilmu pengetahuan guru pada siswanya.

Lewat cara ini pula, guru guru mampu dengan jitu menseleksi mana saja siswanya yang dianggap berprestasi dibandingkan lainnya. Siswa siswa punya kemampuan diatas rata rata, nantinya diproyeksikan turut seleksi program kelas khusus ditangani insinyur perusahaan.

“Contohnya, kami ada kelas khusus Trakindo bagi program kejuruan teknik mesin dan otomotif,” papar Bernat.

Perusahaan jasa rental alat alat berat ini sejak awal berdirinya banyak memperkerjakan para lulusan SMK 1 Balikpapan. Mereka terjun langsung menyeleksi siswa siswa berprestasi yang masuk program Kelas Khusus Trakindo.

“Seleksinya pertengahan tahun ajaran saat mereka masuk kelas 1 SMK Balikpapan. Trakindo hanya memilih 10 siswa saja saja untuk bergabung dalam kelas ini,” ungkap Bernat.

Para engeenering Trakindo mengajarkan bagaimana pengoperasian berbagai peralatan berat termasuk perawatan hingga perbaikannya. Perusahaan ini juga menghibahkan beberapa peralatan berat yang menjadi sarana praktek seluruh siswa SMK 1 Balikpapan.

“Para siswa kelas khusus memang ikut pula dalam berbagai praktek di kantor Trakindo dan bengkel kerja mereka. Namun, Trakindo juga memberikan alat berat yang bisa menjadi sarana uji praktek siswa siswa lain SMK 1 Balikpapan,” kata Bernat seraya menambahkan hal serupa dilakukan perusahaan lain semisal Astra, Buma, Telkom, Thies, Eka Dharma dan lainnya.

Sehingga tidak mengherankan saat ini lulusan SMK 1 Balikpapan mendominasi peluang kerja di sektor industri pertambangan di Kaltim. Terdapat belasan perusahaan multinasional sektor migas mengeksploitasi potensi minyak dan gas bumi di Blok Mahakam dan Tarakan, seperti Pertamina, Total E&P Indonesie, Chevron Indonesia, Vico Indonesia dan lainnya.

Disamping itu, hampir seluruh kota/kabupaten Kaltim juga berlomba lomba menambang batu bara lewat  kerjasama Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Saat ini, luas area pertambangan batu bara di Kaltim seluas 6,7 juta hektare meliputi PKP2B dan IUP ada di Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, Samarinda, Kutai Timur, Kutai Kartanegara dan Kutai Barat.

“Otomatis seluruh sektor ini membutuhkan suport alat alat berat yang berasal dari perusahaan perusahaan di Balikpapan. Mereka semua butuh ahli perawatannya di seluruh site dan bengkel pertambangan. Anak anak kami tersebar disitu semua,” ungkap Bernat.

Bernat menilai, mayoritas serapan tenaga kerja industri pertambangan batu bara adalah lulusan SMK teknik mesin. Hanya sebagian kecil diantaranya yang memperkerjakan lulusan sarjana teknik mesin dan geologi dari perguruan tinggi.

“Hanya pimpinanya saja yang insinyur teknik dan geologi, itupun hanya satu hingga dua orang. Sisanya adalah lulusan SMK saja yang punya kemampuan,” sebutnya.

Sehingga tidak mengherankan bila perusahaan pertambangan rutin memesan lulusan terbaik SMK 1 Balikpapan agar bekerja bersama mereka. Kondisi ini terus berlangsung meskipun terjadi resesi ekonomi regional yang berdampak melemahnya ekonomi Kaltim dua tahun terakhir.

“Dua tahun lalu memang berat, namun perusahaan perusahaan masih mencari lulusan SMK 1 Balikpapan. Apalagi saat ini dimana kondisi ekonomi sudah mulai membaik,” ujarnya.

Namun demikian, tetap saja ada kendala yang menjadi permasalahan SMK 1 Balikpapan saat ini. Sekolah ini kerap terganggu kepastian regulasi pendidikan diterapkan pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu contoh mengganggu adalah proses anggaran belanja sekolah menengah atas yang sepenuhnya diserahkan provinsi.

Sebelumnya, SMK 1 Balikpapan rutin menerima kucuran dana BOS dari pusat, provinsi Kaltim dan pemerintah daerah masing masing Rp 1 juta per anak per tahun. Sehingga bisa diartikan, sekolah ini menerima anggaran Rp 6 miliar per tahun dari tiga sumber pembiayaan.

Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan ketentuan pembiayaan sekolah menengah hanya mempergunakan alokasi BOS pusat dan provinsi. Hal tersebut dimaksutkan agar tidak terjadi tumpang tindih pembiayaan pendidikan SMK di Indonesia. Mulai bulan Januari lalu, SMK 1 Balikpapan menerima dana BOS totalnya sebesar Rp 4 miliar.

“Itupun tertunggak per tiga bulan sebelumnya. Kami terpaksa pinjam koperasi dahulu untuk sarana alat tulis kantor dan kelas,” keluh Bernat.

Selain itu, Bernat mengaku, SMK 1 Balikpapan kesulitan mengontrol kualitas penerimaan siswa baru masuk di sekolahnya. Pemerintah daerah memberlakukan ketentuan bina lingkungan, dimana sekolah diwajibkan memprioritaskan penerimaan pendaftar di sekitar area sekolah.

“Bibit yang buruk akhirnya merusak bibit bibit siswa yang baik. Tapi kami tidak berbuat apa apa, ini kebijakan politik yang mempengaruhi kualitas sekolah kami,” sebutnya.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *