Masjid Al-Ula, Tertua Kota Balikpapan

Namun tetap saja, bangunan masjid bersejarah adalah yang pertama berdiri di suatu daerah. Bangunan masjid tua menyimpan sejarah ini pantas disematkan pada Masjid Jami’ Al – Ula yang berlokasi di Jalan Jenderal Suprapto RT 15 No 1 Kelurahan Baru Ulu Balikpapan Barat.  

Masjid di kawasan pemukiman mayoritas warga beretnis Bugis – Makassar ini bisa diibaratkan menjadi tonggak sejarah penyebaran agama Islam di Balikpapan. Masjid Al – Ula kemudian menjadi pelopor berdirinya bangunan masjid masjid lain di kota yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

Berdasarkan sejarahnya masjid ini berdiri pada masa penjajahan pemerintah colonial Belanda sejak 350 tahun silam. Awalnya masjid ini adalah sebuah tempat ibadah syuro atau mushola yang bentuk fisik bangunannya hanya berupa dinding dan lantai papan kayu dengan beratapkan sirap.

Dulunya, kawasan Kampung Baru adalah lokasi singgah para saudagar Islam asal Sulawesi Selatan, Banjarmasin, Penajam dan Jenebora. Mereka berdagang berbagai keperluan masyarakat kala itu disamping syiar agama Islam di bumi borneo. Untuk lokasi beribadah, kemudian dipilihlah suatu tempat di pinggir pantai untuk pendirian syuro yang kini lebih dikenal dengan nama Masjid Al – Ula.

Patut dimaklumi, Kampung Baru saat itu adalah pusat perdagangan di Kalimantan. Bahkan, Kampung Baru sendiri adalah kota tertua yang menjadi cikal bakal perkembangan Balikpapan hingga sekarang ini. Namun nama nama pendiri awal dari Masjid Jami’ Al-Ula ini tidak tercatat.

Masjid Al – Ula telah beberapa kali mengalami renovasi dari dulunya hanya bangunan syuro kontruksi kayu menjadi semegah seperti saat ini. Deretan nama nama tokoh Bugis saat itu bermunculan sebagai penggagas renovasi masjid seperti H Ambo Laupe (kepala kampung), H Mandarwasa, H Sakka hingga penggawa Lotong.

Kepala kampung saat ini mewakafkan tanahnya untuk tempat berdirinya syuro Al – Ula hingga secara lisan diberikan melalui imam masjid, KH Jamaluddin Daeng Malewa. Atas dasar hak wakaf sudah diberikan, keduanya merenovasi bangunan syuro serta menetapkan nama Masjid Al – Ula untuk penghormatannya. Penetapan nama Masjid Jami’ Al-Ula terjadi saat renovasi pertama dilakukan.

Tahap renovasi pertama, Masjid A l -Ula memiliki empat pilar penyangga kubah berupa kayu ulin berdiameter ukuran 30 centimeter setinggi 8 meter. Pilar penyangga ini berdiri hanya dengan mempergunakan tenaga manusia secara bergotong royong. Selain itu di depan bangunan masjid terdapat kolam kecil tempat berwudhu (sendang) sebelum melaksanakan sholat wajib maupun sunah. Salah seorang imam syuro ini dulu sempat disemayamkan di samping mi’rab bangunan, sebelum ahli waris memindahkannya ke pekuburan Penajam Paser Utara.

Renovasi kedua dilakukan pada tahun 1962 dengan konstruksi semi permanen. Panitia pembangunan masjid saat itu adalah Panglima Kodam IX Mulawarman R. Soeharyo sebagai Ketua Kehormatan, H. Djafar sebagai Ketua, Said Muhammad sebagai Sekretaris, H.M. Yunus sebagai Bendahara dan H. Bausad dan Asnawie Arbain sebagai Pengawas Keuangan.

Namun ada hal yang mengejutkan saat renovasi kedua Masjid Al Ula dilakukan yang kala itu terkesan ditunggangi kepentingan politis. Ada ancaman pembunuhan terhadap panitia pembangunan masjid yang datangnya malah dari Ketua kehormatan, Panglima Kodam. Oknum TNI ini diduga telah tersusupi paham komunisme sehingga memaksa agar pembangunan masjid selesai dalam jangka waktu beberapa bulan.

Dengan segala upaya akhirnya panitia masjid berhasil menyelesaikan bangunan masjid dalam kurun waktu empat bulan. Walau pembangunannya pada saat itu masih belum sempurna, masjid sudah bisa difungsikan untuk sholat ibadah lima waktu dan sholat Jum’at setiap pekannya.

Kemudian renovasi ketiga terjadi pada tahun1970-an, dengan perbaikan atap, kubah dan menara masjid serta rumah wakaf untuk imam Masjid Al Ula. Renovasi keempat pada tahun 1988 yang menjadi perombakan total luas, model bangunan masjid yang kemudian dilengkapi pendidikan Madrasah Al Ula yang diprakarsai Imam H.M. Munir dan diketuai H.M. Syafri Tuwo.

Pada masa itu bertepatan dengan pergantian pengurus dan panitia masjid, sehingga pembangunan dilanjutkan oleh pengurus baru, H. Sanusi Masse sebagai ketua dan H.M. Yusup sebagai Ketua Pembangunan. Penyelesaian akhir pembangunan pada tahun 2004.

Berjalannya waktu dalam perkembangan masjid, melahirkan sebuah keinginan dari pengurus Masjid Jami’ Al-Ula untuk mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah dengan dikepalai Daud Ponte.

Cikal bakal Madrasah Ibtidaiyah Al-Ula berawal dari Sekolah Arab pada tahun 1970-an yang dikepalai oleh Abdullah Umar kemudian dilanjutkan Guru Sofyan. Kemudian untuk menuju perkembangan yang lebih baik maka pengurus Masjid Al Ula mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Al Ula yang diketuai KH. Muhammad Munir dan selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Ula, H. Amiruddin K.Ama.

Sudah sepantasnya Masjid Al – Ula menjadi patron sejarah Islam di Kota Balikpapan maupun Kalimantan Timur. Sejak awal berdirinya, masjid ini menyimpan banyak keistimewaan dan keajaiban yang hingga kini terkadang di luar akal serta nalar manusia.

Balikpapan menjadi salah satu kota yang menjadi incaran pengeboman pesawat pesawat sekutu pada masa perang dunia kedua 1941 – 1945. Pasukan pimpinan Negara Inggris ini mengincar basis pertahanan Jepang yang membangun pos pertahanan di kawasan Kampung Baru saat itu.

Salah satu pesawat sekutu menjatuhkan bom aktif yang tepat mengenai pinggiran samping bangunan Masjid Al – Ula. Namun berkat kebesaran Allah SWT bom tersebut tidak meledak. Demikian pula saat kebakaran besar Kampung Baru pada tahun 1948 tidak mampu menjangkau bangunan masjid yang berdempetan dengan bangunan masyarakat.

Puncaknya kala pemberontakan PKI era 65 yang merembet hingga Balikpapan hingga simpatisan faham komunis menyerang setiap masjid yang masih berdiri. Masjid Al – Ula menjadi sasaran pembakaran hingga si jago merah melalap seluruh bangunan masjid. Namun ajaibnya, bangunan dan barang barang masjid tidak hangus terbakar. Hanya barang barang ungsian milik masyarakat sekitar yang terbakar habis jadi abu. Bencana kebakaran tahun 1984 juga tetap tidak mampu meruntuhkan keagungan masjid tertua di Balikpapan ini.

Berita Terkait

3 Comments

  1. Ahmad Munawwar says:

    Bismillah,,,Aslmkm,wr,wb,All.

  2. Ria says:

    Salam Kenal,
    Kami dari GRC Artikon menawarkan berbagai macam produk unggulan kami, informasi lebih jelasnya silahkan kunjungi web kami di http://grcartikon.co.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *