Masih Ada Gempa di Kalimantan

NewsBalikpapan –

Pulau Kalimantan pun tidak bebas dari ancaman bencana gempa bumi. Seperti baru baru ini, goyangan lindu skala 4,1 SR terjadi di 40 kilometer barat laut Longkali Kabupaten Paser Kalimantan Timur (Kaltim) atau 1.1 LS-115.83 BT, Minggu (19/5/2019) pukul 21.13 Wita.

“Gempa tercatat di peralatan pemantau di Kantor Balikpapan kedalaman 10 kilometer,” kata Kepala Stasiun Geofisika Balikpapan, Mudjianto, Selasa (21/5/2019).

Mudjianto mengatakan, Pulau Kalimatan memang berada di luar jalur kawasan rawan gempa di Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia termasuk dalam negara rawan bencana gempa tektonik oleh pertemuan tiga lempeng dunia; Pasific, Eurasia dan Indo Australia.

Bukan hanya itu, posisi Indonesia pun persis terletak di jalur cincin api pasific atau ring of  fire. Kondisi geografis ini menyebabkan Indonesia kaya gunung berapi yang memanjang dari Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua.

Namun demikian, bukan lantas diartikan Kalimantan bebas ancaman gempa bumi.

“Alat kami mendeteksi gempa di Kalimantan sebanyak belasan kali setiap tahunnya,” papar Mudjianto.

Kantor Stasiun Geofisika Balikpapan memang sudah diperlengkapi sebanyak 16 sensor gempa guna mencover seluruh daratan Kalimantan. Jumlah peralatan yang relatif sedikit jika dibandingkan  200 sensor serupa yang dipasang dari Sabang hingga Merauke.

“Potensi gempa bumi di Kalimantan memang kecil sehingga sensornya tidak terlalu banyak,” tutur Mudjianto.

Sebagai catatan, sambung Mudjianto, Pulau Kalimantan terdapat sesar aktif daratan Mangkalihat dan Adang yang kerap menimbulkan getaran gempa.  Sesar Mangkalihat terbentang dari Berau (Kaltim), Tarakan Kalimantan Utara (Kaltara) negara tetangga Philipina.

Sedangkan Sesar Adang terdeteksi ada di Palangkaraya Kalimantan Tengah (Kalteng), Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar) hingga Paser (Kaltim).

“Sesar ini yang aktif bergerak serta menimbulkan gempa skala kecil berkisar 4 SR hingga 6 SR. Ini yang diduga menjadi penyebab gempa di Paser,” ungkapnya.

Pada faktanya, Kalimantan pernah menyimpan sejarah gempa terbesar terjadi di Sangkulirang Kutai Timur (Kutim) (1911) dan Kaltara (1926). Getaran gempanya cukup merusak dimana diperkirakan masing masing berskala 6,5 SR dan 6,7 SR.

Kala itu, getaran ini sudah dicatat sebagai gempa terbesar terjadi di Kalimantan.

Setelah itu, gempa bumi kembali terulang di Kaltara 89 tahun kemudian atau tepatnya pada akhir 2015 silam skala 6,1 SR.

Pusat gempa terjadi di posisi 3,61 LU dan 117,67 BT di Laut Sulawesi berbatasan Philipina. Getarannya terasa di seluruh kota/kabupaten di Kaltara wilayah Pulau Bunyu, Tanjung Selor, Bulungan, Nunukan dan terutama Tarakan.

Gelombang getaran gempa menyebabkan tujuh rumah di Tarakan  rusak parah tanpa ada korban jiwa. Pusat gempa memang berada di kedalaman 10 kilometer berjarak 29 kilometer sebelah timur Pulau Tarakan.

Dan baru baru ini, getaran gempa Donggala di Sulawesi Tengah (Sulteng) pun sebenarnya turut dirasakan masyarakat Kaltim. Secara geografis, menurut Mudjianto, titik pusat gempa Donggala sejajar dan berdekatan dengan kawasan Delta Mahakam di Kutai Kartanegara.

Lokasi pusat gempa Donggala sudah terjadi sejak ratusan silam. Pada suatu waktu, pusat gempa melepaskan energi kancingan yang terasa hingga Kalimantan.

Penjelasan ilmiahnya adalah patahnya lapisan batuan tektonik dasar bumi yang merembet ratusan kilometer.

Kepala Sub Bagian Humas Kabupaten Paser, Abdul Kadir menyatakan, getaran gempa ini cukup mengagetkan masyarakat setempat yang belum terbiasa.  Getarannya terasa hingga Tana Grogot yang merupakan ibu kota kabupaten Paser.

“Sudah lama terjadi waktu itu dan membuat kecemasan warga Paser,” ungkapnya.

Kadir mengatakan, rakyat Paser awam perlindungan diri terhadap ancaman bencana gempa bumi. Selama ini, menurutnya, masyarakat hanya mengetahui kedahsyatannya dari tayangan pemberitaan media massa.

Gempa bumi terakhir kali terjadi di Paser, kata Kadir terjadi tujuh tahun silam di Kecamatan Long Ikis. Ia menuturkan, Bupati Paser saat itu, Ridwan Suwidi meninjau langsung ke tempat terjadinya bencana.

Meskipun demikian, Kadir memastikan gempa bumi di daerahnya tidak sampai menimbulkan kerugian harta benda maupun korban jiwa. Gempa bumi di Paser biasanya memang hanya tercatat di skala 4 SR yang belum membawa kerusakan rumah rumah warga.

“Gempanya tidak terlalu besar disini bila dibandingkan daerah lain di Indonesia yang menimbulkan kerusakan fatal,” ujarnya.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *