NewsBalikpapan –
Korban tewas dalam lubang bekas tambang Kalimantan Timur (Kaltim) terus berjatuhan. Kabar duka terbaru menimpa korban Rizki Nur Aulia (14) yang tewas tenggelam di lubang bekas galian batu bara di Desa Bunga Jadi Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Kaltim, Minggu (21/4/2019) pukul 18.00 Wita.
“Ada laporan korban meninggal di lokasi lubang,” kata Ketua RT 10 Desa Bunga Kukar Kaltim, Kuswanto, Sabtu (27/4/2019).
Kuswanto mengatakan, lokasi tenggelam merupakan lubang lebar bekas galian yang penuh berisi air. Kawasannya sendiri terbuka untuk umum tanpa dilengkapi papan larangan maupun pemasangan pagar pembatas.
Lubang ini merupakan bekas galian perusahaan pertambangan sejak dua tahun silam. Perusahaan bersangkutan meninggalkan lokasinya tanpa reklamasi.
Disisi lain, LSM Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim memastikan jatuhnya korban jiwa akibat lubang tambang. Putri pasangan Wiyono dan Sri Rahayu ini ditemukan tewas di lubang bekas tambang PT Mandala Usaha Tambang Utama (Mutu). Sebelumnya, ia bersama empat rekannya bermain di lubang galian yang penuh air.
“Sudah kami pastikan informasinya jatuhnya korban di lubang bekas tambang,” kata Dinamisator Jatam Kaltim, Pradharma Rupang.
PT Mutu merupakan pemegang dua konsesi pertambangan di Kukar masing masing seluas 616 hektare dan 1.059 hektare. Lokasinya hanya berjarak 57 meter dari jalanan umum masyarakat.
Pradharma menginvestigasi langsung ke rumah keluarga korban yang sedang menggelar tahilan doa almarhumah. Keluarganya pun membenarkan peristiwa kemalangan sudah dialami korban.
“Kami mendengar ada korban tewas dari salah satu sumber masyarakat. Saat kami cek memang ada yang meninggal tenggelam dan keluarganya menggelar doa tahilan,” paparnya.
Peristiwa ini semakin menambah panjang daftar korban tenggelam di Kaltim menjadi 33 orang. Para korban tewas di lubang bekas tambang yang ada di Kukar, Samarinda, Kutai Barat dan Penajam Paser Utara.
“Korban paling banyak tercatat ada di Kukar sebagai kabupaten terkaya di Kaltim,” tuturnya.
Ironisnya peristiwa seperti ini terus terulang di Kaltim. Menurut Pradharma, aparat pemerintah daerah (pemda) lemah dalam menanggulangi dampak negatif adanya lubang bekas tambang.
Ia bahkan ragu pihak Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kaltim mengetahui jatuhnya korban di lubang milik PT Mutu. Sesuai pengalamannya, aparat daerah biasanya merupakan pihak terakhir mengetahui adanya permasalahan di lapangan.
“Kami kebetulan tahu informasinya dari laporan warga yang perduli hal ini. Sepertinya Distamben Kaltim juga belum mengetahuinya,” ungkapnya.