NewsBalikpapan –
Ponsel pintar di atas meja berkedip pelan. Sekilas, layar notifikasi gawai menyebutkan kredit laporan keuangan ebanking di awal bulan. Artinya, terjadi proses transfer uang masuk di saldo rekening.
“Ini pesan pemberitahuan saldo masuk pembayaran gaji bulan ini,” kata Teddy Rumengan, pekerja swasta di Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim), Sabtu (5/12/2020).
Teddy merupakan pekerja penulis lepas beberapa media massa nasional. Setidaknya ada tiga media yang memanfaatkan jasa jurnalis berpengalaman belasan tahun ini.
Tugasnya melaporkan pelbagai berita kondisi terkini se Kaltim. Atas jerih payahnya ini, ia memperoleh honor rutin per bulan memanfaatkan fasilitas bank.
Nominal honor tulisan ini besarannya memang tidak seberapa. Sedikit lebih besar dibandingkan upah minimum kota (UMK) Balikpapan sebesar Rp 3 juta.
Meskipun nominalnya tidak seberapa, lebih dari cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Teddy selalu mensyukuri rejekinya ini.
“Untuk kebutuhan seperti sandang, pangan, dan papan di sini,” ujarnya.
Baru-baru ini, Teddy memutuskan membangun keluarga baru. Kebetulan pula, pria berdarah Manado mempersunting perempuan berdomisili di Temanggung Jawa Tengah (Jateng) sejak akhir tahun 2019 lalu.
“Menjalin hubungan jarak jauh, istri tinggal di Temanggung sedangkan saya di sini mencari nafkah,” paparnya.
Teddy memilih hubungan jarak jauh mengingat profesinya yang mengharuskan menetap di Balikpapan. Menurutnya, kota ini nantinya berpotensi menjadi pusat perekonomian di Indonesia.
Apalagi setelah pemerintah menunjuk Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar) sebagai ibu kota negara baru.
Di sisi lain, Teddy ragu pindah sekaligus mencari nafkah di Temanggung. Ia khawatir gagal beradaptasi dengan kondisi keseharian masyarakatnya yang mayoritas berprofesi berkebun.
Selama bertahun-tahun, pria ini hanya memiliki keahlian jurnalistik.
“Tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk berkebun. Industri media massa belum ada di Temanggung,” paparnya.
Sehubungan itu, jurnalis ini memilih pulang pergi mengunjungi keluarganya per tiga bulan sekali. Ia menumpang transportasi udara rute Balikpapan – Yogjakarta dilanjutkan bus menuju Temanggung.
“Butuh biaya besar setiap kali pulang ke Temanggung,” tutur Teddy.
Permasalahan semakin berat selama pandemi covid 19 melanda dunia. Virus menyebar cepat menjangkiti masyarakat termasuk di Indonesia.
Akhirnya, kebijakan lock down diberlakukan sejumlah provinsi dan kota. Tujuannya untuk melokalisir penyebaran virus agar berkembang ke kota lain.
Namun membawa dampak negatif seluruh sektor industri. Seperti dialami perusahaan media massa yang mengalami penurunan drastis pendapatan iklan.
Imbasnya dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pemangkasan gaji pegawai.
“Pendapatan turun drastis dibanding sebelumnya,” ungkap Teddy.
Kondisi ini memaksa Teddy menyesuaikan diri bertahan hidup semasa pandemi melanda. Selama hampir setahun ini, ia tidak mudik ke Temanggung untuk mengunjungi istri.
“Sudah lama tidak mudik ke kampung,” keluhnya.
Meskipun begitu, Teddy tetap mengirimkan nafkah ekonomi bagi istri. Selama pandemi melanda, Ia berhemat sehingga tetap mampu menghidupi keluarga.
“Dengan berbagai cara agar mampu bertahan di sini untuk keluarga di kampung,” tuturnya.
Di sisi lain, pemerintah kota Balikpapan berupaya beradaptasi menghadapi masa pandemi. Selama setahunan ini, pelajar SD-SMP menjalani proses belajar mengajar daring.