Bangsa Indonesia Pupuk Optimisme

Anis mengatakan berbagai permasalahan pelik sudah menghimpit dari kemiskinan masyarakat, kesenjangan perekonomian, pendidikan, korupsi, HAM hingga transparansi pemerintahan. Namun dari banyak factor persepsi, menurutnya negara Indonesia juga mampu disejajarkan dengan bangsa bangsa lain di Eropa, Asia dan Amerika.

“Banyak hal yang mensejajarkan Indonesia dengan negara maju lainnya. Artinya, permasalahan yang dihadapi di Indonesia juga dialami pula negara negara lain. Indonesia juga juga masuk katagori bagus dari banyak factor,” ujarnya.

Rektor Universitas Paramadina tersebut meminta seluruh unsure masyarakat untuk menjaga rasa optimisme dalam menatap masa depan. Dia berpendapat sikap tersebut bukan lantas disalah artikan sebagai pro pemerintah.

Anis juga mengkritik pola pemberitaan media elektronik yang cenderung menyerang kebijakan kebijakan pemerintah. Terkesan media televise lebih suka mengangkat berita negative dibandingkan berita positif yang mampu memupuk rasa optimisme.

“Media cetak sudah bagus, tapi media televisi harus lebih cerdas dalam mengangkat berita berita negative,” ungkapnya.

Anis masih yakin generasi muda di Indonesia punya integritas dalam memajukan bangsa dan negaranya. Salah satunya adalah program Indonesia Mengajar yang memasuki angkatan IV dengan jumlah peminat mencapai 8 ribu siswa.

“Sudah memasuki tahun ke empat namun minatnya makin meningkat. Nanti kami akan memberangkatkan 72 guru ke berbagai daerah daerah pelosok di seluruh Indonesia,” tuturnya.

Anis menyebutkan guru guru muda tersebut bersedia mengajar ke daerah daerah terpencil sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat. Mereka mengajar dalam kurun waktu 1 hingga 2 tahun di daerah daerah terpencil.

“Sebelumnya bila membahas profesi guru adalah life time (seumur hidup). Namun bila hanya 1 hingga 2 tahun, para tenaga muda lulusan universitas terbaik akan bersedia sebagai bentuk pengabdian,” paparnya.

Rahmat Danu Andika, salah satu guru muda yang diberangkatkan ke Halmahera Selatan mengaku mengikuti program Indonesia Mengajar sebagai pengalaman berharga baginya. Sarjana teknik Institut Teknologi Bandung ini bahkan tidak ragu meninggalkan pekerjaanya di salah satu perusahaan tambang batu bara di Kutai Barat Kalimantan Timur.

“Ini pengalaman sekali dalam hidup saya Tidak ada keraguan sama sekali,” ujarnya.

Saat ini, Rahmat Danu Andika sudah selesai melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar di SD Pelita Halmahera Selatan. Dia berencana melanjutkan jenjang pendidikan S2 di universitas Amerika Serikat.

“Nanti cari bea siswa dahulu,” katanya.

  

  

 

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *