Bukan perkara mudah menjangkau lokasi tumpang tindih lahan PT Pertamina EP Tanjung dan PT Adaro di Tapian Timur Field Desa Bata Kecamatan Juai Kabupaten Tabalong Kalimantan Timur. Butuh perjalanan transportasi darat hingga sembilan jam dari Balikpapan hingga lokasi yang kini jadi masalah.
Sudah begitu, para pelintas musti melewati konsesi pertambangan PT Adaro sepanjang Simpang Wara – Klanis yang tentunya tidak setiap orang diizinkan melintas. Demikian pula para teknisi cek sumur Pertamina yang setiap hari harus mengontrol kinerja delapan sumur angguk yang masih beroperasi di ladang Tapian Timur.
“Kami harus koordinasi dengan HSE PT Adaro dahulu sebelum bisa masuk menuju lokasi,” kata Staf Humas PT Pertamina EP Tanjung,Ruspandi.
Ruspandi mengatakan pintu masuk sumur Tapian Timur dikelilingi area tambang batu bara milik Adaro. Sehingga lalu lalang kendaraan bertonase jumbo hilir mudik memadati jalan tambang yang seukuran lebar 20 meter ini.
“Butuh waktu sekitar 1 jam masuk ke area milik Adaro ini, kalaupun masuk harus dikawal dengan kendaraan rotary (sirene) agar bisa dihindari kendaraan tambang,” paparnya.
Sudah ada kesepakatan pemanfaatan lahan antara Pertamina dan Adaro dalam operasional kerja eksploitasi sumber daya alamnya masing masing. Hampir setiap hari, petugas cek sumur mengontrol produksi crudge oil yang kemudian disimpan dalam block stasiun penyimpanan minyak mentah.
Delapan sumur Tapian Timur adalah salah satu lokasi sumber minyak mentah Pertamina yang masih tersisa di ladang Balangan dan Tabalong. Lainnya sebanyak belasan sumur tua sudah beralih fungsi jadi kawasan pertambangan batu bara.
“Bahkan salah satu sumur kami terlihat seperti menara karena sekelilingnya sudah berubah jadi kawasan pertambangan batu bara,” papar Ruspandi.
Ruspandi mengakui bahwa Pertamina tidak menerapkan aturan khusus dalam pengamanan kawasan sumur sumur yang masih beroperasi maupun sudah tidak ekonomis. Informasi soal adanya area eksploitasi pertambangan migas Pertamina, diketahui lewat papan pengumuman yang menyebutkan kawasan tersebut berbahaya.
“Tidak ada pagar sehingga public bisa melintas bebas, Hanya ada papan pengumuman menyebutkan kawasannya berbahaya,” ungkapnya.
PT Andaro harus mengganti asset 20 sumur minyak yang nantinya akan di eksploitasi Pertamina setempat. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan adanya perjanjian pemanfaatan lahan bersama Blok Tanjung area Tapian Timur.
“Sebenarnya tidak ada masalah buat kami, disini kami hanya operator yang melaksanakan keputusan pemerintah,” kata Field Manager Pertamina EP Tanjung, Heragung Ujiantoro.
Asisten Manager L & R PT Pertamina Tanjung, Himawan Djatmiko menambahkan perusahaan batu bara ini memperoleh hak pengelolaan lahan field Balangan dan Tabalong yang sebelumnya menjadi area konsesi PT Pertamina. Adaro menggansir potensi kandungan emas hitam selama 7 tahun pengelolaanya.
PT Adaro bertanggung jawab terhadap kompensasi pembiayaan asset – saat pemindahan hingga eksploitasi ridge baru di field Warukin Tengah dan Warukin Selatan.
“Sesuai kesepakatan seperti itu, Adaro mengaku menanggung penuh pemindahan sumur ini. Besarannya tentu sangat besar hingga puluhan juta US dolar. Tapi itu sedang proses pembahasan antara Pertamina, Adaro dan ESDM,” ungkapnya.
Ladang sumur Warukin Tengah dan Selatan, menurut Himawan menyimpan potensi kandungan minyak yang tinggi sesuai hasil eksplorasi Pertamina. Ahli perminyakan Pertamina sudah menyimpulkan adanya potensi sekitar 200 barrel minyak mentah per hari.
“Kedepannya eksploitasi kami memang akan dipindahkan ke lokasi ini. Kami sudah punya kajiannya sehingga kami harapkan produksi minyak bisa diatas 200 barrel per hari,” tuturnya.
Dalam pelaksanaanya, Adaro diminta menggusur sumur sumur minyak yang kini sudah dianggap tidak produktif lagi yaitu sebanyak 12 sumur tua peninggalan Belanda. Sisanya sebanyak 8 sumur berada di field Balangan danTabalong masih aktif menghasilkan hingga 200 barrel minyak mentah per day.
“Sumur yang sudah tua dulu dilakukan penggusuran dan sisanya sebanyak 8 sumur produktif ditutup saat kami sudah bisa memproduksi ladang ladang baru di Warukin Tengah dan Selatan,” tutur Himawan.
Himawan mengatakan delapan sumur ini mampu memproduksi minyak mentah dengan kualitas impor. Sehingga penutupan sumur ini bisa berakibat negative pada produksi PT Pertamina Tanjung sebanyak 4.200 barrel minyak mentah per hari.
“Sangat disayangkan karena produksi delapan sumur ini minyak mentah kualitas bagus dan kental. Sehingga sebaiknya ditutup saat sudah menemukan sumur baru,” ujarnya.
PT Pertamina dan PT Adaro hingga kini masih membahas perjanjian pemanfaatan lahan bersama zona merah yang sebelumnya jadi area terlarang pertambangan. Area Tapian Timur sebelumnya termasuk dalam zona merah segala bentuk aktifitas pertambangan.
“Ada zona merah, zona kuning dan hijau menjadi kesepakatan kami sebelumnya. Sekarang ini yang sedang kami bahas bersama,” ungkapnya.
Namun demikian, Himawan memastikan adanya surat keputusan Kementerian ESDM yang menunjuk PT Adaro selaku pengelola pertambangan batu bara wilayah Tapian Timur. Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswo Utomo menyempatkan diri meninjau lokasi tumpang tindih lahan pada bulan Juli lalu.
“Saat kesempatan safari Ramadhan, wamen menyatakan adanya dua kepentingan negara dalam hal ini. Selama tidak mengganggu produksi minyak, pengelolaan akan diberikan pada Andaro,” ungkapnya.
Permasalahan tumpang tindih lahan Blok Tanjung sudah terjadi sejak PT Adaro memegang izin perjanjian kerjasama pertambangan batu bara sejak 1992. Adapun PT Pertamina menguasai sebanyak 174 sumur sumur tua peninggalan perusahaan Belanda (NIIHM) atau BPM sejak 1.800 an.
PT Adaro menolak berkomentar sehubungan tumpang tindih lahan pertambangannya dengan Pertamina. Lewat humasnya, Ismail Syarkawi menyebutkan untuk konfirmasi pada manajemen Adaro Jakarta.
“Untuk media konfirmasi pada manajemen Adaro Jakarta,” ujarnya.
2 Comments
[…] Kideco Jaya Agung terancam merugi dalam proses eksploitasi tambang batu bara di area pertambangan Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Penurunan harga batu bara dari sebelumnya 120 US dolar per ton […]
siapa yang rugi….kasi alasan dong Brooo…harga 60-70 USD/ton saja sudah untung, masa saat ini diatas 80 USD/ton terancam merugi….ada yang nggak beres itu…