NewsBalikpapan –
Perahu kayu klotok sepanjang lima meter sudah menjadi transportasi utama Mangrove Center Batu Ampar Balikpapan Kalimantan Timur dalam menyusuri lebatnya hutan bakau. Meski sedikit bergoyang saat membelah derasnya arus Sungai Somber – perahu sudah jadi primadona setiap pengunjung yang hendak menikmati keindahan alam hutan bakau seluas 150 hektare.
“Mereka minta diantar melihat hutan mangrove serta mengabadikan dalam foto,” kata Herman yang biasa jadi juru mudi perahu untuk mengantarkan para tamu mengelilingi kawasan hutan mangrove Balikpapan.
Perahu klotok merupakan transportasi sungai yang umum dipergunakan masyarakat Kalimantan. Ukurannya yang terbilang kecil membuat perahu ini hanya mampu memuat empat hingga lima penumpang termasuk juru mudinya. Suara mesin motor perahu yang nyaring serta berbunyi tok – tok membuat banyak orang menamainya dengan dengan sebutan perahu klotok.
Perahu klotok ini yang akhirnya jadi modal utama Kelompok Pengawas Mangrove Center Batu Ampar dalam ‘menjual’ keindahan panorama hutan bakau. Dengan dana pribadinya, Ketua RT 85 Batu Ampar, Agus Bei membeli dua perahu kayu plus mesinnya seharga Rp 25 juta.
“Anggap saja bentuk pengabdian saya pada kota Balikpapan,” ujarnya.
Alam Mangrove Center memang menyimpan potensi wisata bagi mereka yang cinta keindahan panorama khas Pulau Kalimantan. Menikmati kerimbunan ribuan pohon bakau saat menyusuri Sungai Somber dan Wain yang lebarnya bisa mencapai 50 meter. Bukan hanya itu, sebanyak 5 persen populasi primata bekantan dunia yang totalnya ada 1.500 ekor kerap bisa dijumpai kala menyusuri kawasan hutan bakau ini.
Bagi mereka para pecinta pancing, bisa pula berpesta pora mencicipi hentakan tali senar berbagai jenis ikan khas Kalimantan seperti jenis nila, kerapu hingga bawal yang banyak ditemui disana. Kerindangan hutan bakau membuat berbagai jenis ikan gampang ditemui di sela sela akar hutan bakau. Sebagai pilihan juga telah tersedia sebuah karamba apung sebagai lokasi penggemukan sebanyak 3 ribu ekor ikan nila. Lokasi ini juga bisa menjadi alternative sumber pemasukan Kelompok Pengawas Mangrove Center ini.
Keberadaan karamba apung ini sungguh menjanjikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Sudah tiga kali panen, karamba apung ini mampu menghasilkan ikan nila kualitas tinggi yang digemari para pengepul di Balikpapan. Rasanya yang gurih dan bebas bau tanah membuat para pengepul menghargainya mahal diatas harga pasaran. Setiap kilogram ikan bisa dihargai hingga Rp 30 ribu dari pasaran hanya Rp 20 ribu, sehingga minimal diterima pemasukan Rp 15 juta untuk sekali panen.
“Panen setiap tiga bulan dengan estimasi terdapat minimal 1.
1 Comment
[…] monyet bekantan yang bahasa ilmiahnya disebut nasalis lavartus yang banyak ditemui sepanjang hutan bakau […]