Penat punggung Marhaimi usia 34 saat seharian. Matanya awas mempelototi layar monitor enam kilang crude oil di Teminal Senipah Total E&P Indonesie (TEPI). Sesekali kakinya diselonjorkan mengusir kesemutan yang sudah melanda sejak siang tadi.
Tidak tahan menahan kejenuhan, Junior Control Room Terminal Senipah ini beranjak berdiri sambil matanya lekat menatap tiga layar computer dihadapannya.
“Pekerjaanya setiap hari seperti ini, dari jam 06.30 hingga 18.30 Wita selama dua minggu kerja dan dua minggu libur,” katanya saat ditemui di ruang kontrol Terminal Senipah TEPI di Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
Marhaimi bertanggung terhadap kelangsungan kilang minyak eksploitasi TEPI dari lapangan Senipah, Handil dan Bekapai Blok Mahakam. Secara digital, jebolan SMA 1 Balikpapan angkatan 2001 ini mengontrol penyaluran minyak mentah kilang Senipah ke kapal tangker yang berjarak ratusan kilometer jauhnya di perairan Selat Makassar.
“Sebulan setidaknya ada delapan kali pengiriman minyak mentah sebanyak 100 ribu hingga 300 ribu barrel kepada kapal kapal tangker di laut. Semuanya dilakukan secara otomatis dari Terminal Senipah yang terhubung dengan pipa minyak mentah di Selat Makassar,” paparnya.
Meskipun pengoperasiannya digital, Marhaimi mengatakan pengiriman minyak mentah ini secara otomatis langsung tercatat dalam data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Pengiriman minyak mentah merupakan bagi hasil eksploitasi minyak dan gas Blok Mahakam antara Pemerintah Indonesia dan TEPI.
Sudah hampir 15 tahun ini, Marhaimi berkecimpung dalam sektor industri minyak dan gas di Kaltim. Kalau boleh jujur, pria sudah dikarunai dua orang putra ini sebenarnya tidak bermimpi bekerja sebagai profesional industri migas bersama perusahaan asal Perancis.
“Selepas lulus SMA coba coba mendaftar ke Total dan diterima,” paparnya mengenang pengalamannya.
Marhaimi mengikuti program Operator and Technician Program (OTP) rekrutmen karyawan TEPI. Program ini terbuka bagi setiap lulusan SMA/SMK terbaik seluruh Indonesia yang dibuka sejak 1998 silam. Kerja kerasnya berbuah hasil, dia menyisihkan sebanyak 4 ribu pelamar dari sejak proses seleksi administrasi, tes, psikologis dan kesehatan.
“Waktu angkatan saya yang diterima sebanyak 42 pegawai saja,” ungkapnya.
Karyawan OTP yan lolos penjaringan selanjutnya mendapatkan pelatihan teknis dasar migas selama 1,5 tahun di Cepu Jawa Tengah. Mereka digembleng guna meningkatkan kemampuan komunikasi bahasa Inggris hingga pengenalan kerja lapangan sektor industri migas.
“Selanjutnya ditempatkan di Terminal Senipah sebagai operator hingga sekarang ini,” ujarnya.
Fortofolio Marhaimi sebenarnya masuk katagori berpengalaman dalam industri sektor migas dunia. Karyawan seperti dirinya dianggap cukup cakap dalam standar profesionalisme kerja di industri migas dalam dan luar negeri.
Namun demikian, Marhaimi mengharapkan tenaganya nantinya tetap dipakai saat TEPI bukan lagi operator Blok Mahakam. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa Pemerintah Indonesia menunjuk PT Pertamina (Persero) sebagai operator blok kaya gas yang di eksploitasi sejak 48 tahun silam.
Kepala Departemen Humas TEPI, Kristanto Hartadi mengatakan program OTP dijalankan guna menseleksi sumber daya manusia (SDM) handal dalam pengoperasian Blok Mahakam. Program OTP juga selanjutnya juga untuk mengakomodir tuntutan penyerapan tenaga kerja di wilayah Kutai Kartanegara dan sekitarnya.
“Sudah ratusan pegawai OTP yang saat ini sudah menjadi karyawan TEPI,” ungkapnya.
Sayangnya, Kristanto mengakui program ini terpaksa dihentikan semenjak pelemahan ekonomi yang berdampak pada penurunan harga minyak mentah dunia. Manajemen TEPI melakukan berbagai efisiensi pengeluaran yang salah satunya adalah penghentian program OTP yang sudah berjalan bertahun tahun.
“Kami melakukan efisiensi seluruh sector menghadapi krisis ini. Program OTP sudah dihentikan sejak dua tahun terakhir,” paparnya.
Hasilnya memang cukup signifikan, dimana TEPI berhasil melakukan penghematan hingga 600 juta US dolar total cost produksi selama tahun 2015 lalu. Penghematan sebesar 600 juta US dolar adalah 25 persen dari total keseluruhan biaya operasional Blok Mahakam sebesar 2,2 miliar US dolar tahun 2015.
“Penghematan dilakukan dari proses hulu hingga hilir operasi tanpa mengurangi standar nilai keamanan industry migas,” papar Kristanto.
Adanya krisis harga minyak mentah ini ternyata membawa dampak positif bagi TEPI sebagai pelaku industry migas dunia. TEPI menyadari perusahaannya terlalu nyaman dalam menetapkan standar operasional di Blok Mahakam.
Kebijakan ini terbukti membuat TEPI mampu bertahan ditengah terpaan krisis global. Produksi TEPI selama akhir Mei 2016 lalu, terbukti berjalan mulus yakni 1.700 MmScfd (gas) dan 68.000 bod (liquid).
“Perkiraan produksi gas dan liquid TEPI adalah 1.4 bcfd dan 56.000 bod. Realisasinya malahan diatas perkiraan kami,” tutur Kristanto seraya menambahkan investasi dilakukan sebesar 1,2 billion US dolar.
Kristanto memastikan sebanyak 2 ribu karyawan TEPI tidak terpengaruh soal selesainya masa kontrak Blok Mahakam pada 2017 nanti. Apalagi saat perusahaan migas ini sudah mempersiapkan pesangon yang layak bagi seluruh karyawannya sesuai ketentuan Undang Undang Ketenaga Kerjaan sektor migas.
“Karyawan tetap tenang saja dan tidak terpengaruh. Persoalan pesangon karyawan nantinya sudah dipikirkan jauh hari oleh TEPI,” tegasnya.
TEPI dan INPEX menjadi operator pengelola Blok Mahakam sejak 1968 silam. Blok ini meliputi lapangan gas Peciko, Tunu dan lapangan gas kondensat Tambora serta lapangan minyak Bekapai, Handil dan South Mahakam.
Total menyuplai 80 persen kebutuhan gas kilang LNG Bontang dengan produksi sebesar 1.761 Bcf/d dan 67.600 bod untuk minyak dan kondensat.