Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Kalimantan Timur Utara meresmikan skema jual beli daya listrik PLTU Tanjung Bara kapasitas daya 3 x 18 MW. Pembangkit listrik tenaga uap ini merupakan milik perusahaan pertambangan batu bara, PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang berdomisili di Sangata Kutai Timur.
“Merupakan kerjasama jual beli tenaga listrik PLTU Tanjung Bara milik KPC,” kata Menteri Energi Sumber Mineral (ESDM), Ignatius Jonan yang hadir langsung di Sangata, Kamis (8/3).
Adanya kesepakatan ini, PLTU Tanjung Bara akan menyalurkan 18 MW daya listrik dalam sambungan Sistim Mahakam. Akses daya listrik ini dipergunakan melayani permintaan sambungan 40 ribu pelanggan PLN di wilayah Kutai Timur dan sekitarnya.
“Kesepakatan ini sudah resmi ditandatangani akhir tahun 2017 lalu. Sekarang ini hanya menjadi peresmian pelaksanaan kesepakatan bersama antara PLN dan KPC,” papar Jonan.
Jonan mengatakan, peran serta perusahaan pertambangan sangat membantu PLN dalam upaya menerangi segenap wilayah di Indonesia. Menurutnya, perusahaan pertambangan punya peran penting mendorong elektrifikasi terealisasi 100 persen.
“Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendorong rasio elektrifikasi di daerah daerah,” ujarnya.
Sehubungan itu, Jonan akan mendorong agar skema kerjasama antara PLN dan KPC bisa diadopsi di daerah daerah lain. Dia meminta masing masing perusahaan pertambangan membangun pembangkit listrik dimana sebagian diantaranya bisa dimanfaatkan masyarakat.
“Merupakan hal yang positif bahwa sebagian listrik bisa dimanfaatkan untuk masyarakat. Bisa sepertiga atau 30 persen listriknya kepada masyarakat,” paparnya.
Direktur Bisnis Regional Kalimantan PT PLN (Persero), Machnizon menyatakan kerjasama ini sangat membantu pihaknya dalam mengupayakan rasio elektrifikasi daerah terpencil. Dengan masuknya suplai daya PLTU Tanjung Bara ini, menurutnya langsung memperkokoh daya mampu Sangata menjadi 26 MW.
Sebelumnya, PLN kesulitan memenuhi kebutuhan beban puncak masyarakat Sangata yang mencapai 18,14 MW. Padahal, sistim listrik Sangata hanya mampu memenuhi kebutuhan daya sebesar 18,5 MW.
“Saat ini listrik Sangatta juga disuplai dari sistem Mahakam melalui gardu induk (GI) Teluk Pandan Bontang sebesar 8 MW,” ungkapnya.
Adanya kerjasama baru ini, PLN memastikan adanya surplus daya listrik setempat berkisar hingga 8 MW. Surplus daya ini bisa dimanfaatkan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
“Tentunya kehidupan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik melalui kerjasama excess ini, juga masih ada surplus yang bisa dimanfaatkan untuk potensi pelanggan baru seperti kawasan pemerintahan, stadion, rumah sakit dan pelanggan umum,” bebernya.
Selain itu, Machnizon memastikan kerjasama ini memberikan efisiensi biaya produksi listrik yang menjadi beban PLN. Penghematan biaya pokok produksi ditekan sebesar Rp 1 ribu per 1 kWh dari biasanya menjadi beban Rp 2 ribu per 1 kWh.
Sementara ini, PLN sudah menuntaskan pembangunan gardu induk daya 150 kV di Sangata guna memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Saat gardu induk ini sudah beroperasi semakin memperkuat kebutuhan listrik bagi warga Kutai Timur.
“Anak – anak bisa belajar dengan lebih nyaman dan menggunakan komputer. Kami berterimakasih kepada PLN,” tutur warga Sangata, Ridwan.