Pertamina Klaim Teluk Normal, Kurangi Kapal Pembersih

NewsBalikpapan –

Pencemaran limbah minyak mentah perairan Teluk Balikpapan Kalimantan Timur sudah lebih sepekan bergulir.

Pertamina Kalimantan menerjunkan 21 kapal pembersih berkekuatan 234 personil menyisir tumpahan 5 ribu kilo liter minyak di area seluas 13 ribu hektare.

“Perairan Teluk Balikpapan makin normal memasuki pekan ini,” kata Region Manager Communication & CSR Pertamina Kalimantan, Yudy Nugraha, Senin (9/4).

Tim Pertamina bekerja siang malam menurunkan personilnya yang terbagi dalam 3 shift pekerjaan. Kapal kapal Pertamina ini menyisir empat zona konsentrasi tumpahan minyak di area Rede, Kolam Labuh, Pantai Monpera, lepas pantai dan sekitarnya.

Informasi terbaru ini, Pertamina mengurangi kekuatan kapalnya menjadi 17 unit dengan 170 personil. Yudy mengklaim kerja keras timnya sudah membuahkan hasil meminimalkan titik titik konsentrasi sebaran limbah minyak mentah.

Tim masih ada ini, kata Yudy memfokuskan pembersihan di lokasi pangkalan lindungan lingkungan perairan dan perkampungan nelayan di Balikpapan. Beberapa personil melakukan patroli ke sejumlah lokasi dicurigai menjadi tempat berkumpulnya limbah minyak.

Pertamina menurunkan personil petugas lindungan lingkungan perairan, teknis support dan kru kapal. Armada kapal terdiri dari 9 unit tug boat, 3 unit patrol boat, 3 unit oil barge dan 2 aluminium boat.

Pembersihan diperluas hingga kawasan Mangrove Kariangau menjadi lokasi paling tercemar limbah. Adapun pembersihan pesisir pantai Penajam Paser Utara mempergunakan penyemprotan oil spill dispersant serta bantuan pembersihan manual masyarakat.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kaltim menilai Pertamina terlalu cepat puas diri soal pembersihan limbah minyak. Direktur Fathur Rosiqin Fen mengaku masih mendapati banyak konsentrasi tumpahan minyak di beberapa perkampungan nelayan Teluk Balikpapan.

“Tim kami empat hari ini masih berada di lapangan bersama masyarakat. Khususnya di perkampungan Atas Air di Balikpapan dan Penajam Paser Utara sulit dibersihkan,” ungkapnya.

Dalam beberapa kasus, pencemaran limbah ini bahkan merusak area budi daya keramba kepiting nelayan Balikpapan. Pencemaran minyak ini berdampak matinya kepiting yang menjadi andalan nelayan ini.

“Pencemaran dan endapan minyak luas biasa menyengat baunya,” paparnya.

Pertamina disebut sebut hanya fokus membersihkan limbah minyak di perairan di sekitar kawasan kilang minyaknya. Fokus pembersihan adalah sejumlah lokasi yang kasat mata pantauan masyarakat.

Sehubungan kasus ini, Fathur meminta Pertamina menjawab permasalahan lingkungan sudah terjadi di Teluk Balikpapan. Mereka harus memastikan upaya jangka panjang pemulihan lingkungan ekosistim berikut keanekaragaman hayati.

“Seharusnya Pertamina segera bertindak jauh melampaui harapan masyarakat,” ujarnya.

Penggiat Forum Perduli Teluk Balikpapan,  Husein menambahkan, limbah minyak mentah masih banyak ditemukan di perairan Pulau Balang, Tempadung, Pudak hingga Somber.

“Masih banyak ditemukan di perairan Balikpapan. Kami sempat mengecek kondisi perairan dalam dua hari terakhir,” paparnya.

Husein mengatakan, bukan perkara mudah membersihkan limbah pencemaran minyak di perairan laut. Para praktisi lingkungan bahkan sudah memperkirakan pembersihan limbah minyak memakan waktu paling cepat enam bulan.

“Bahkan ada beberapa kasus dimana pembersihan limbah minyak mentah memakan waktu delapan tahun,” ungkapnya.

Soal pencemaran perairan teluk ini, Husein mengkhawatirkan dampak lingkungan perairan bagi kesehatan masyarakat Balikpapan. Ia khawatir pencemaran limbah menyebabkan kerusakan kualitas perairan Teluk Balikpapan bagi kehidupan seluruh satwa laut dibawahnya.

“Mungkin sekarang mengandung logam berat dan beracun di perairan Teluk Balikpapan. Harus ada tim independen untuk melakukan penelitian kandungan air laut disini,” ungkapnya.

Dalam beberapa hari terakhir, Husein mengaku menerima keluhan kelompok nelayan Balikpapan soal penurunan hasil tangkapan ikannya. Kelompok nelayan ini mendapati tangkapan ikan karang seperti lobster, kerapu dan sunu menjadi lemas saat terkena campuran air Teluk Balikpapan.

“Mereka memperoleh ikan ini dari Selat Makassar. Saat akan di ekspor ditempatkan dalam bak air dari Teluk Balikpapan. Seluruh ikan ini mati lemas,” ungkapnya.

Punggawa ikan Balikpapan, Samsul terancam kelangsungan mata pencarian sebagai nelayannya. Baru baru ini, ia menderita kerugian belasan juta rupiah menyusul matinya ekspor ikan lobster ke sejumlah negara di ASIA.

“Ikan lobster ini mati sebelum tiba ke negara tujuan. Saya mempergunakan air Teluk Balikpapan untuk mengirimkan ikan lobster dalam kondisi hidup hidup. Ternyata mereka seluruhnya terlihat lemah dan akhirnya mati,” tuturnya.

Hal ini menjadi salah satu kekhawatiran nelayan mengingat ribuan nelayan menggantungkan hidupnya dalam mencari ikan di Teluk Balikpapan. Mayoritas nelayan belum berlayar sembari menunggu informasi terbaru disampaikan pemerintah daerah.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *