Orang Utan Kalimantan Terancam Kabut Asap

NewsBalikpapan –

Kawanan primata orang utan terancam memburuknya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Kalimatan. Aktifis penggiat lingkungan berinisiatif mengevakuasi individu dari lokasi kebakaran hutan.

“Teman teman lapangan sedang melakukan rescue (penyelamatan) orang utan di lokasi kebakaran hutan Bengkayang,” kata Forum Orang Utan Kalimantan Barat (Kalbar) Syamsuri Ableh kepada Berita Benar, Senin (16/9/2019).

Syamsuri mengatakan, orang utan menjadi satwa paling terdampak karhutla Kalimantan. Apalagi biasanya, kebakaran hutan terjadi di kantong populasi kawanan orang utan.

“Orang utan memiliki karakteristik seperti manusia menghadapi asap. Mereka akan menderita sesak napas dan perih matanya,” ungkapnya.

Populasi orang utan di Kalbar terkonsentrasi di tiga lokasi; Taman Nasional Gunung Palung, hutan gambut Sungai Putri dan Taman Nasional Danau Sentarum. Kebakaran sudah mulai mengancam tiga area konservasi untuk orang utan.

 “Kebakaran hutan terjadi hampir di seluruh wilayah di Kalbar. Kabut asap makin tebal sekarang,” ungkap Syamsuri.

Sehubungan itu, sukarelawan Kalbar akhirnya memutuskan evakuasi orang utan dari titik hot spot. Sementara ini, mereka memutuskan evakuasi dilakukan di Hutan Bengkayang sesuai prediksi jarak dan keamanannya.

“Kami dalam proses menuju ke lokasi evakuasi orang utan dan rescue sudah dilakukan,” papar Syamsuri.

Kondisi genting sekarang ini, koordinator WWF Kalimantan, Albert Tjiu menilai perlunya keperdulian penyelamatan orang utan. Kebakaran hutan menjadi ancaman utama habitat satwa terutama orang utan.

Primata orang utan tergantung keasrian habitat hutan sebagai pakan dan sarang. Mereka mengkonsumsi 65 persen kekayaan hutan berupa buah, kulit kayu dan serangga.

“Apabila pakan dan sarangnya sudah tidak ada, otomatis mengancam populasi orang utan. Orang utan adalah hewan orboreal bergelantungan di pohon untuk bertahan hidup,” ungkapnya.

Ancaman terkini terjadi di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah (Kalteng) menjadi habitat 6 hingga 9 ribu individu orang utan. Taman nasional seluas 568.700 hektare ini terkepung titik api di luar kawasan.

Albert sulit membayangkan ancaman kerusakan ekologi Kalimantan jika api masuk dalam taman. Akibatnya diprediksi mengerikan dimana ribuan orang utan terancam keberlangsungan.

“Pusat populasi orang utan Kalteng ada disini sehingga kerusakannya akan luar biasa,” ungkapnya.

Meskipun demikian, Albert kesulitan memprediksi dampak negatif karhutla bagi populasi orang utan.  Setelah pemadaman api sukses dilakukan, pihaknya akan melakukan kajian khusus evaluasi penurunan populasi orang utan akibat bencana ini.

“Setelah semua selesai akan diketahui dampak kebakaran bagi populasi orang utan. Pelaksanaannya perlu kajian mendalam dan serius,” ujarnya.

Sementara ini, personil WWF Kalteng pun aktif berpatroli membantu pencegahan dan pemadaman api. Kerja keras dilakukan mengingat kemarau panjang Kalimantan diperkirakan baru berakhir bulan Oktober nanti.

 “Artinya masih butuh waktu sebulan lagi kedepan mengendalikan api karhutla,” tutur Albert.

Soal itu, WWF memberikan perhatian tiga lokasi konservasi orang utan Kalteng. Populasi orang utan disini memang bisa ditemui di Taman Nasional Tanjung Puting, Sebangau dan pegunungan Muller.

“Kami patroli pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan,” kata WWF Kalteng Okta Simon.

Selama proses pencegahan ini, Okta mengaku tidak punya kesempatan penyelamatan orang utan. Prioritas utamanya mencegah meluasnya titik sebaran api ke daerah lain.

“Kalau berdasarkan pengalaman kebakaran 2015 silam, biasanya banyak ditemukan bangkai orang utan terbakar di lokasi kebakaran. Kami tidak bisa melakukan rescue orang utan,” sesalnya.

Aparat daerah berjuang keras memadamkan api karhutla. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng mengerahkan ribuan personil berjibaku melawan api.

“Kami sudah punya struktur terorganisir melaksanakan tugas sesuai standar operasi prosedur (SOP) kebakaran,” kata Kepala BPBD Kalteng Mofit Saptono.

Namun demikian, Mofit mengakui bukan perkara mudah memadamkan api terlanjur membesar di sejumlah titik hutan gambut. Bahkan hingga kini pun titik hotspot Kalteng relatif masih tinggi mencapai 521 titik.

“Bisa disebutkan, kami kerepotan memadamkan api dan berbahaya,” ungkapnya.

Mofit menyatakan, butuh kerja keras dan kerjasama dalam upaya pemadaman karhutla ini. Personil BPBD tidak bisa bekerja sendirian memadamkan api.

“Harus bersinerji seluruh pihak terkait dalam pemadaman api ini,” tegasnya.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *