NewsBalikpapan –
Dompet Digital Indonesia (Dana) mengincar warga pedesaan menjadi pasar utama layanan jasa keuangan digital. Tipikal masyarakat ini dinilai menjanjikan sebagai pasar yang belum tergarap maksimal sistem perbankan konvensional.
“Merupakan komitmen kami dalam memberi manfaat ekonomi seluruh warga Indonesia,” kata Direktur Pengembangan Bisnis Dana Dedy Sahat, Minggu (1/12/2019).
Dedy menyatakan, mayoritas warga pedesaan Indonesia belum maksimal menikmati akses jasa keuangan. Kondisi ini disebabkan minimnya jasa perbankan membuka akses layanan ke lokasi terpencil atau remote area.
“Pertimbangan seperti besarnya biaya investasi harus disiapkan memberikan layanan ke desa desa,” ungkapnya.
Persoalan kian ruyam ditengah keterbatasan sarana infrastruktur perbankan pedesaan. Antrian nasabah, faktor keamanan, dan kenyamanan menjadi permasalahan klasik.
“Antrian panjang di ATM (anjungan tunai mandiri), faktor keamanan, kenyamanan dan lainnya. Itu disebabkan hanya beberapa bank tertentu yang bersedia membuka layanan di pedesaan,” ungkap Dedy.
Sehubungan itu, Dedy menawarkan layanan Dana jadi alternafit jasa keuangan bagi warga desa. Ia pun sengaja ikut program pemerataan (inklusi) akses keuangan bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia ke sejumlah area pelosok.
“Program inklusi keuangan ini sudah diadakan dua kali di Pegangan Kidul Cirebon Jawa Barat (Jabar) dan Tanjung Batu Berau Kalimantan Timur (Kaltim),” paparnya.
Dana termasuk financial technology (fintech) menawarkan pelbagai layanan jasa keuangan berbasis teknologi. Layanan jasa diberikan persis sistem bank konvensional; transfer uang, penarikan hingga pembayaran biaya rutin rumah tangga.
“Seperti pembayaran listrik PLN, BPJS, internet dan lainnya,” tutur Dedy.
Hingga kini, Dedy membeberkan pengguna Dana sudah melonjak drastis mencapai 30 juta sejak diluncurkan setahun silam. Bahkan sebanyak 3 juta diantara pengguna itu merupakan pengguna aktif bertransaksi rutin Rp 100 ribu per hari.
“Pengguna Dana terus bertumbuh selama setahun ini dan diproyeksikan meningkat tahun depan,” ujar Dedy.
Dedy optimis Dana berpeluang besar menggarap pasar gemuk fintech yang diperkirakan sebanyak 170 juta orang. Ia mempergunakan parameter penetrasi pengguna telpon pintar di Indonesia.
“Itu merupakan gambaran pasar fintech di Indonesia bisa menjadi peluang,” tukasnya.