NewsBalikpapan –
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Balikpapan menilai kekerasan para insan pers kian masif terjadi di Samarinda. Kekerasan para jurnalis di Samarinda berupa intimidasi secara lisan maupun hingga kekerasan fisik pada para pewarta.
“Kekerasan pers terjadi makin masif di Samarinda,” kata Ketua Bidang Advokasi AJI Balikpapan, Yoyok Setiono, Senin (9/6).
AJI Balikpapan, kata Yoyok baru baru ini setidaknya menerima dua laporan kekerasan fisik jurnalis Samarinda saat sedang melaksanakan tugasnya. Kekerasan pers dialami dua orang pewarta televisi lokal Samarinda saat berlangsungnya prosesi pemilu legeslatif lalu.
“Wartawan setempat diancam secara lisan saat mengkonfirmasikan tuduhan kecurangan salah satu parpol. Pimpinan parpolnya bilang, ada salah seorang anak buahnya baru saja keluar dari penjara kasus pembunuhan,” ungkapnya.
Selain itu, Yoyok turut menyampaikan pelecehan sudah dilakukan oknum Dinas Pendidikan Samarinda terhadap seorang wartawati televisi setempat. Saat itu, wartawati bersangkutan sedang mengikuti prosesi kunjungan kerja di salah satu lokasi sekolah pinggiran Kaltim.
“Oknum pegawai ini mencium kening wartawati ini bersangkutan,” paparnya.
Yoyok mengatakan dua aksi tersebut sudah masuk dalam katagori kekerasan insan pers yang di lindungi Undang Undang Pers. Menurutnya wartawan dalam melaksanakan tugasnya diperuntukan kepentingan publik sehingga masyarakat harus menghargai profesi ini.
Organisasi profesi jurnalis di Samarinda, menurut Yoyok semestinya mampu melindungi keselamatan maupun harkat martabat para wartawan setempat. Kekerasan pers di Samarinda sudah kerap terjadi saat peliputan berita tambang ilegal, aksi premanisme hingga persoalan banjir.
“Sebelumnya, wartawan AN TV dipukuli preman saat meliput persidangan oknum polisi atas kasus terbunuhnya tahanan Polres Samarinda,” ujarnya.
Sementara ini, para wartawan Samarinda terpaksa menyelesaikan sendiri berbagai persoalan kekerasan pers sudah menimpanya. Mayoritas permasalahan ini berakhir damai tanpa adanya laporan pihak kepolisian.
Kota Samarinda sendiri merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang mengandalkan pemasukan daerah dari sektor pertambangan batu bara. Samarinda menjadi salah satu pusat industri media yaitu Kaltim Post (Jawa Pos) dan Tribun Kaltim (Gramedia) beserta sejumlah media massa lokal lainnya.