PT Kaltim Kariangau Terminal Balikpapan Kalimantan Timur membuka layanan perdana jasa ekspor langsung atau internasional direct call rute Balikpapan – Shanghai. Anak perusahaan PT Pelindo IV Makassar memberangkatkan kapal berisikan 100 kontainer exspor non migas industri di Kaltim.
“Penurunan biaya dan waktu ditanggung dunia usaha hingga 50 persen,” kata Deputi Bidang Usaha Kontruksi Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN, Ahmad Bambang di Balikpapan, Senin (9/4).
Direct call Pelabuhan Kariangau, kata Ahmad melayani pelayaran langsung peti kemas tujuan Shanghai. Setelah tiba di kota besar China ini, menurutnya produk ekspor dalam negeri ini nantinya dipasarkan ke sejumlah negara tujuan luar negeri.
“Produk ekspor dalam negeri kita mayoritas adalah China, Jepang dan Korea. Setelah tiba di Shanghai, produk ekspor ini melanjutkan tujuan ke negara tujuan lain,” paparnya.
Sebelumnya, produk produk ekspor industri Indonesia timur harus dibawa ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya guna dilakukan peti kemas internasional. Periode waktu yang dibutuhkan memakan waktu setidaknya selama 29 hari.
“Kalau sekarang hanya butuh waktu 9 hari perjalanan laut dari Balikpapan menuju Shanghai. Eksportir disini juga bisa berhemat 300 hingga 500 US dolar per kontainernya,” paparnya.
Ahmad mengatakan, layanan internasional direct call Balikpapan akan meningkatkan daya saing komoditas ekspor Kaltim di pasar internasional. Pertumbuhan ekonomi sektor industri di Kaltim secara otomatis akan terdongkrak signifikan dalam kurun waktu kedepan.
“Sektor industri di Kaltim akan turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional di masa mendatang. Potensi di Indonesia timur sangat besar industrinya,” ungkapnya.
Direktur Utama PT Pelindo IV, Doso Agung mengatakan layanan internasional direct call Balikpapan terinspirasi investasi serupa yang sukses di Makassar. Hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun, kata terminal peti kemas Makassar melayani jasa pelayaran 3 ribu peti kemas per bulannya.
“Awalnya hanya melayani 40 peti kemas dalam sebulan, sekarang angkanya sudah melonjak jauh,” ujarnya.
Angka ini membuktikan, sektor industri di Sulawesi Selatan langsung terdongkrak adanya layanan internasional direct call di Makassar. Permasalahan besaran biaya pengiriman, kata Doso mampu ditekan untuk menghasilkan margin keuntungan yang lebih besar.
“Pengusaha juga bisa langsung membuat letter bill of lading bagi pihak luar negeri, sesaat kontainer diberangkatkan,” ungkapnya.
Agar internasional direct call Pelabuhan Kariangau Balikpapan berjalan lancar, Doso menargetkan minimal mampu melayarkan 200 hingga 300 kontainer per bulannya. Ada lima kapal ukuran besar yang rutin melayani jasa pelayaran rute Shanghai per pekannya.
“Teorinya dalam kurun waktu 6 bulan menjadi masa masa awal pelayanan pengiriman kontainer ekspor ini. Setelah itu semuanya akan berjalan lancar,” jelasnya.
Tidak hanya itu, biaya per kontainer pun berkurang drastis, dari semula mencapai Rp 4 juta per kontainer menjadi hanya sekitar Rp 792 ribu per kontainer. Sedangkan untuk Direct Call dari Balikpapan, dalam perhitungan Pelindo IV, lama waktu ekspor ke Shanghai, China akan terpangkas menjadi 9 hari dari semula mencapai 25 hingga 30 hari.
Sebelumnya, Pelindo IV telah memfasilitasi pelaksanaan direct call empat pelabuhan wilayah Indonesia timur yaitu Makassar, Sorong, Ambon dan Bitung. Ini menjadi langkah nyata Pelindo IV dalam peningkatan ekonomi, ekspor kawasan Indonesia timur.
Ekspor perdana ini bekerjasama dengan perusahaan pelayaran asal Hongkong, SITC, menggunakan kapal MV Meratus Tomini dengan rute pelayaran Balikpapan langsung menuju ke Shanghai, China. Di pelayaran langsung perdana ini, komoditas yang diangkut yaitu Coconut Fiber dan kayu olahan (Plywood).
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia, Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, Indonesia masih tertinggal dalam pengembangan internasional direct call di negara negara ASEAN. Potensi jasa ekspor import ini masih terpusat di Singapura.
Namun dengan keberadaan layanan direct call di Balikpapan, Yukki menyakini akan merangsang pertumbuhan layanan logistik sebesar 20 hingga 23,7 persen per tahun 2018 ini. Pertumbuhan logistik akan terjadi di wilayah Indonesia timur.
“Saya selalu yakin sektor industri Indonesia timur punya prospek positif kedepan,” tuturnya.
Pelindo IV Makassar membangun pelabuhan peti kemas berpusat di kawasan industri Kariangau Balikpapan. Pelabuhan terbesar se Indonesia Timur ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan perekonomian secara keseluruhan.
Pembangunan pelabuhan menelan investasi total anggaran sebesar Rp 500 miliar. Balikpapan menghibahkan 40 hektare lahan sebagai lokas fisik pelabuhan peti kemas.
Pembangunan pelabuhan sudah dimulai sejak 2009 silam berkonsep pelabuhan peti kemas internasional di Kalimantan. Keberadaanya untuk menggantikan peran Pelabuhan Semayang Balikpapan yang sudah over muatan.
KIK memang letaknya yang sangat strategis yakni interkoneksi infrastruktur, yang menghubungkan ke Jalan Lintas Kalimantan, Jalan Tol, Bandara Sepinggan sehingga mobilisasi barang-barang industri dapat didistribusi ke seluruh daerah tujuan.