Fenomena Kawin Kontrak Balikpapan III

Sosok Rya Sari Suroto Tremblay bisa menjadi salah satu contoh pernikahan antar dua bangsa ini. Sudah lebih dari dua tahun, alumni SMAN 5 Balikpapan angkatan 200 ini memilih menikahi pria berkebangsaan Canada. Bahkan lulusan Akademi Bahasa Asing (ABA) Jogyakarta ini kemudian diboyong suaminya pindah ke Montreal Canada.

Menikahi seorang pria bule sebenarnya bukan menjadi target pencapaian wanita bertubuh mungil yang sempat menjadi jurnalis di beberapa media di Balikpapan. Setelah beberapa kali gagal menjalin hubungan dengan pria local, Rya akhirnya malah dipertemukan dengan Tremblay yang belakangan menjadi pelabuhan terakhirnya.

“Kebetulan saja dipertemukan dengan orang yang cocok,” ujarnya dengan suara riang.

Sejak pertama kali bertemu, Rya langsung merasakan kecocokan antara dirinya dengan Tremblay. Wanita kelahiran 32 tahun silam ini menilai suaminya memiliki pemahaman feminism dan kesetaraan gender yang mengagumkan. Bukan hanya itu, Tremblay terbukti rela berkorban dan siap menerima apapun kekurangan dari pasangan hidupnya.

“Bisa menghargai para wanita,” katanya.

Seperti halnya pasangan kekasih pada umumnya – Rya dan Tremblay memulai hubungan dengan pertemanan hingga persahabatan. Saat keduanya saling merasa ada kecocokan dan menjalin hubungan lebih jauh, Tremblay kemudian langsung melamar Rya untuk dijadikan istrinya.

“Langsung melamar aku ke bapakku dan mau menerima semua kekuranganku,” ucapnya.

Disamping itu, pria asing terbiasa berdiskusi dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapinya. Perbedaan pendapat adalah sesuatu hal yang biasa untuk dicarikan penyelesaiannya bersama. Bukan hanya itu, cita rasa daya humornya juga tinggi untuk menetralisir ketegangan yang biasa terjadi.

Namun satu hal terpenting, Tremblay merupakan pria yang bertanggung jawab dan jujur dalam menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis. Satu hal yang tidak didapatkan Rya saat menjalin hubungan dengan mantan pacarnya terdahulu.

 

“Kebetulan aku ketemu dengan orang yang apa adanya, jujur, sayang aku dan keluargaku. Aku tidak menemukan hal itu pada mantanku seblumnya,” terangnya.

 

Riya yang kini menetap di Motreal Canada mengikuti suaminya Tremblay, juga tidak akan merubah statusnya sebagai orang Indonesia. Dia memastikan suatu saat akan kembali untuk menghabiskan hidup di Indonesia. Soal status anak, Riya yang masih tercatat sebagai warga di Kelurahan Damai Balikpapan Selatan ini memberikan kebebasan memilih saat dewasa kelak.

“Aku tidak berkeinginan merubah status wargera neraga Indonesia, karena aku tidak berencana tinggal disini selamanya. Suatu hari nanti aku pasti balik lagi ke Indonesia,” ungkapnya.

Namun kini, mau tidak mau, Rya musti harus membiasakan diri dengan gaya hidup, cuaca hingga jenis makanan ala masakan Eropa. Resiko yang dihadapi ketika menikahi pria asing tentu saja harus siap hidup di negeri orang. Hidup di Canada yang artinya musti bisa beradaptasi dengan karakter empat musim dialami masyarakat barat.

Kesulitan lainnya yang dihadapi Riya, diantaranya juga penyesuaian cita rasa masakan gaya Eropa yang tentu saja tidak cocok dengan lidah orang Indonesia. Sebagai penyuka masakan nusantara, dia terkadang harus bisa menikmati jenis masakan seperti spageti, ayam panggang atau steak. Karenanya, terkadang dia harus memasak dua menu yang berbeda setiap harinya, satu untuk dirinya sendiri dan kedua untuk suaminya yang berlidah ala Eropa.

“Tapi suami tidak pernah cerewet dan memprotesnya,” tuturnya.

 

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *