Situs Sejarah Balikpapan Mangkrak

Sumur migas Mathilda Balikpapan

Sumur migas Mathilda Balikpapan

Balikpapan –

Puluhan situs sejarah perjuangan kota Balikpapan Kalimantan kondisinya memprihatinkan. Situs perjuangan melawan penjajahan Belanda ini kondisinya berlumut dan kurang terawat.

“Rusak dan tidak terawat kondisinya,” kata Kepala  Dinas Pemuda Olahraga  Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Balikpapan, Syaiful Bahri, Senin (11/2).

Syaiful mengatakan kondisi seperti tiu sudah berlangsung bertahun tahun silam. Minimnya dana pemeliharaan, ditudingnya jadi penyebab utama mangkraknya sejumlah situs bersejarah itu.

“Anggaran kita sangat terbatas, semuanya ada sekitar 20 (situs),” paparnya.

Menurutnya, dirinya sudah mengajukan anggaran untuk biaya pemiliharan puluhan situs sejarah tersebut. “Kita sudah ajukan, tapi realisasinya berbeda, jadi mau gimana lagi karena anggarannya terbatas, jadi seperti itu,” ucapnya tanpa menyebut anggaran yang ada.

Beberapa dari situs tersebut, bahkan sudah diakui Pemerintah Pusat sebagai cagar budaya yang harusnya di pelihara. “Ada beberapa situs itu yang sekarang memang menjadi cagar budaya yang juga patut dirawat,” imbuhnya.

Sementara Pengamat Pariwisata dan Budaya Kalimantan Timur (Kaltim) Syahrul Karimmengungkapkan, kondisi tersebut bukan hanya terjadi di Kota Balikpapan beberapa situs sejarah di Kaltim juga mengalami hal yang sama.

“Bukan cuma di Balikpapan, karena masih banyak lagi di Kaltim, yang memang kondisinya tidak terurus, ini problemnya, selalu anggaran yang menjadi alasan, itu salah,” ucap lulusan S2 Universitas Gajahmada Jogyakarta ini.

Padahal kata Syahrul, seharusnya tidak hanya mengandalkan dana APBD Kota, untuk melestarikan situs sejarah tersebut. “Itulah yang harus dirubah Pemerintah Daerah, jangan hanya tergantung pada dana APBD, sebenarnya bisa melibatkan komunitas maupun LSM,termasuk masyarakat,” ucapnya.

Karena kata Syahrul, banyak komunitas-komunitas di Kota Balikpapan yang bisa dilibatkan, sehingga tidak selalu bergantung pada dana APBD.

“Kan ada beberapa LSM, komunitas termasuk komunitas budaya yang juga bisa diajak kepeduliannya untuk ikut menjaga, termasuk membersihkan,” imbuhnya.

Selama ini dia menilai, situs sejarah hanya menjadi obyek digelarnya seremonial oleh Pemerintah. Padahal kata dia, di situs sejarah tersebut juga bisa digelar berbagai pertunjukkan sejarah, seperti cerita asal mula adanya situs tersebut.

“Kan situs sejarah tersebut, menjadi wisata budaya yang sebenarnya juga jika dikelola dengan baik, akan menguntungkan daerah, misalnya meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Balikpapan, tentu secara tidak langsung akan berdampak pada pendapatan masyarakat, misalnya sector UMKM, tapi kan ini tidak dikelola dengan baik,” ucapnya.

Disamping itu kata Syahrul, Pemerintah juga harus membuatkan peta situs sejarah, sehingga ada keterkaitan sejarah antara situs satu dengan lainnya. “Banyak nya situs sejarah yang ada juga tidak semua masyarakat tahu, itu juga problem,” pungkasnya.

Beberapa situs sejarah di Kota Balikpapan diantaranya, Tugu dan Makam Jepang yang terletak di Jalan Mulawarman, Kelurahan Lamaru . Tugu tersebut merupakan tanda penghormatan kepada tentara Jepang yang gugur dalam perang dunia ke II. Kemudian tiga meriam besar yang terletak diatas bukit Gn Bugis yang merupakan peninggalan tentara Jepang.

Termasuk Sumur minyak Mathilda yang terletak di dalam Kilang Minyak. Lalu Tugu Australia yang berada di jalan utama Sudirman, Monpera atau Monumen Perjuangan Rakyat Kaltim yang terletak dipesisir wilayah Balikpapan Selatan.  Begitu juga  Tugu Perdamaian Jepang dan Australia yang terletak di jalan Soekarno Hatta Kilometer 13 Balikpapan Utara.

Berita Terkait

1 Comment

  1. […] suara gemuruh tepat di samping rumahnya. Warga Jalan Dahor RT 53 Kelurahan Baru Ilir Balikpapan Kalimantan Timur ini bahkan sempat mengira rumahnya terkena longsoran tanah batu […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *