Balikpapan –
Pemerintah Kota Balikpapan Kalimantan Timur menunda peluncuran Rumah Pangan Lestari (RPL) diperuntukan bagi masyarakat setempat. Program ini bertujuan untuk meredam laju inflasi regional disebabkan minimnya produksi pangan di Balikpapan.
“Kami batalkan [peluncuran program Rumah Pangan Lestari] sampai kami memperoleh kepastian kapan semuanya siap,” kata Asisten Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Balikpapan, Sri Soetantinah, Sabtu (16/2).
Tantin mengatakan pihaknya sedang menyiapkan konsep melalui rapat dengan instansi terkait menganai penentuan komoditas yang akan ditanam. Selain itu, pembagian tugas seperti siapa yang menyediakan bibit dan yang mendistribusikan juga menjadi salah satu fokus yang masih dibahas bersama.
Tantin masih belum bisa menyebutkan kapan waktu perkiraan RPL bisa diluncurkan ke masyarakat. Sebelumnya, RPL direncanakan akan dilaunching pada 12 Februari kemarin.
RPL ini merupakan program gabungan yang diinisiasi oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan untuk menumbuhkan budaya produktif di masyarakat. Rencana awalnya, beberapa komoditas seperti cabai, sayuran, dan ikan akan menjadi prioritas dalam RPL.
Kepala Bagian Ekonomi Pemkot Balikpapan, M. Yusuf L meyakini program ini akan mampu meredam inflasi apabila diluncurkan nanti. Suksesnya program cabai, dengan dukungan dari seluruh masyarakat, diharapkan bosa menjadi katalis bagi RPL.
“Karena itu perlu persiapan. Nanti pasti akan diluncurkan oleh pemerintah,” tambahnya.
Anggota Dewan Pengarah TPID Kota Balikpapan Tutuk SH Cahyono mengatakan konsep awal yang akan digunakan akan mencontoh pada kesuksesan program penanaman cabai yang dilakukan beberapa waktu lalu. “Melaui pemanfaatan lahan di sekitar pekarangan yang bisa dipergunakan untuk kegiatan produktif,” tukasnya.
Menurutnya, penundaan ini hanyalah masalah waktu karena program sebenarnya sudah siap untuk dijalankan. Dia mengaku optimis paling lambat pada awal Maret RPL sudah bisa diluncurkan kepada masyarakat.
Budaya produktif ini, katanya, mampu menurunkan tingkat kemiskinan, meningkatkan daya beli dan menjaga kestabilan harga pangan. Hanya saja, program ini diharapkan bisa berjalan berkesinambungan sehingga dampaknya bisa dirasakan secara berkelanjutan.