Balikpapan –
Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi mengkritik tingginya angka kematian ibu melahirkan di Kalimantan Timur yang mencapai 106 per 1.000 kelahiran pada 2011 silam. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebanyak 98 per 1.000 kelahiran pada 2010.
“Angka ini cukup mengkhawatirkan terjadi di Kaltim,” katanya saat meresmikan Gedung Angrek Hitam Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo di Balikpapan, Jumat (22/3).
Nafsiah menyesalkan kondisi ini terjadi di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki alokasi anggaran tinggi. Seperti halnya saat membangun gedung klas VIP yang menelan anggaran hingga Rp 110 miliar.
“Biar anggaran besar, gedung bagus, tapi untuk apa bila angka kematian ibu melahirkan begitu tinggi,” sesalnya.
Tingginya angka kematian ibu, menurut Nafsiah disebabkan empat alasan seperti kehamilan usia muda, kehamilan usia tua, kehamilan terlalu rapat dan jumlah anak terlalu banyak. Angka kelahiran Kalimantan Timur juga tinggi yaitu satu ibu dengan lima orang anak.
“Jauh diatas rata rata angka nasional sebanyak 2,6 kelahiran per satu keluarga. Sangat tinggi mengingat harapan saya prosentasenya 2,1 kelahiran per satu keluarga,” ujarnya.
Nafsiah meminta Pemprov Kaltim menggalakan kembali program keluarga berencana di seluruh kota/kabupaten. Keluarga berencana dinyakini mampu mengurangi angka kematian ibu akibat melahirkan.
“Bukan lantaran tanahnya masih luas sehingga ibu ibu dikorbankan untuk memenuhi jumlah penduduk di Kaltim,” ujarnya.
Selain itu, Nafsiah meminta paramedic agar berlaku professional dalam menyelamatkan para ibu melahirkan di Kaltim.
“Andikan dia adalah ibu kita sendiri, bagaimana rasanya bila tahu dia meninggal saat melahirkan kita,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Dyah Muryani mengakui sulitnya menurunkan angka kematian ibu melahirkan di wilayahnya. Rata rata, angka kematian ibu melahirkan adalah 6 jiwa per tahun.
“Itu sudah setengah mati menurunkan angka kematian ibu di Balikpapan, terbilang paling rendah di Kaltim,” paparnya.