Diprediksi Turun, Inflasi Balikpapan Masih Tinggi

LogoPemkotBalikpapan –

Laju inflasi Balikpapan Kalimantan Timur sepanjang tahun 2012 mencapai 6,41% atau meleset dari perkiraan awal yang diperkirakan di bawah 6%. Kenaikan ini disebabkan terjadinya kenaikan harga bahan makanan, utamanya daging ayam ras dan ikan segar, di akhir tahun yang mengerek laju inflasi hingga di atas target.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Kota Balikpapan Budi Susilo mengatakan inflasi pada Desember mencapai 0,96% dengan andil kelompok bahan makanan yang mencapai 0,67% diikuti kelompok perumahan, air , listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,15%. “Ini yang menyebabkan di luar prediksi kami karena ternyata di akhir tahun angka inflasinya cukup tinggi,” ujarnya, Jumat (4/01).

Momen akhir tahun menyebabkan permintaan akan daging dan ikan segar melonjak di Balikpapan seiring dengan munculnya pedagang musiman jelang malam pergantian tahun. Kendati pemerintah kota telah mengeluarkan larangan berjualan bagi pedagang musiman, efektifitasnya diragukan karena ikan segar dan ayam dijual terbatas di pasar tradisional. Akibatnya, harga jual pun melambung hingga mencapai Rp55.000 per kilogram ikan segar.

Kendati demikian, Budi berpendapat angka inflasi ini masih wajar karena pasokan barang kebutuhan di Balikpapan banyak berasal dari luar daerah. Akibatnya perubahan harga banyak disebabkan oleh faktor distribusi, spekulasi, keamanan, cuaca dan kebijakan pemerintah.

Selain itu, laju inflasi ini juga masih berada di bawah tahun lalu yang mencapai 6,45%. Dia menyebutkan ada perbaikan yang dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan kendati hanya mampu menekan inflasi sebesar 0,04%.

Anggota Dewan Pengarah TPID Kota Balikpapan Tutuk SH Cahyono mengaku heran dengan kenaikan inflasi yang terjadi pada akhir tahun. Menurutnya, data yang dihimpun pemerintah daerah menyebutkan adanya kecukupan pasokan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Seharusnya kalau pasokan cukup, tidak ada lagi alasan harga naik karena permintaan sudah terpenuhi,” tambahnya.

Tutuk menyebutkan alasan yang mungkin dalam menyebabkan kenaikan harga adalah struktur pasar yang oligopoli sehingga pola pembentukan harga ditentukan oleh orang tertentu dengan mematok harga eceran tertinggi. Hasil kajian yang dilakukan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia juga menyebutkan pembentukan harga dilakukan berdasarkan harga eceran tertinggi.

Pada komoditas daging ayam ras, pasarnya bersifat tertutup karena bibit, pakan hingga vitamin disediakan oleh pemodal besar yang nantinya menerima hasil ternak tersebut. Untuk ikan, struktur pasarnya hampir sama karena hasil tangkapan nelayan di laut dibeli oleh pemodal dengan harga yang tidak sesuai dengan harga pasar.

“Struktur pasar ini yang perlu dikendalikan pemerintah agar kejadian yang sama tidak terulang sepanjang tahun,” tukasnya.

Menghadapi 2013, pengendalian inflasi daerah menurutnya akan semakin berat karena adanya rencana kenaikan tarif dasar listrik serta bahan bakar minyak. Dua jenis biaya yang menjadi komponen pembentuk harga barang tersebut secara langsung akan mengerek harga barang di pasaran. Terlebih pasokan di Balikpapan yang bergantung dari luar sehingga terbebani oleh biaya distribusi.

Kendati demikian, Tutuk meyakini penyiapan infrastruktur yang dilakukan pemerintah sudah menjadi salah satu langkah postif untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bottleneck. Dia berharap pemerintah daerah bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa meminimalisir struktur pasar yang masih oligopoli.

“Pemberian insentif agar investor masuk ke sektor yang masih oligopoli seperti perikanan menjadi salah satu alternatif sehingga banyak pilihan yang tersedia di masyarakat dan menjadikan harga tidak dikendalikan oleh sekelompok orang saja,” tutupnya.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *