Balikpapan Kolaborasi Pendidikan dan Kerja

NewsBalikpapan –

Suara Wali Kota Balikpapan Kalimantan Timur, Imdaad Hamid terdengar bergetar saat memberikan sambutan, enam tahun silam. Suasana batinnya emosional saat memastikan berdirinya Sekolah Politeknik Balikpapan yang menghabiskan anggaran daerah Rp 104 miliar.

“Ini menjadi mimpi warga Balikpapan sejak lama,” katanya saat itu menyerahkan asset Politeknik Balikpapan pada Menteri Pendidikan Nasional saat itu, Muhammad Nuh.

Kali pertama memimpin Balikpapan, Imdaad mengkonsep koloborasi peluang kerja dan jenjang pendidikan lokal masa 2011 silam. Pria 73 tahun ini menjadi nahkoda Balikpapan periode 2001 – 2011 silam. Balikpapan dianggap punya kelebihan menangkap peluang kerja Kalimantan Timur sektor industri pertambangan, perdagangan dan jasa.

Provinsi Kalimantan Timur mengandalkan sepenuhnya eksploitasi industri minyak gas dan batu bara guna mendongkrak kas daerah yang menembus angka Rp 12 triliun per tahunnya. Lusinan perusahaan multi nasional dalam dan luar negeri berkantor di Balikpapan – meskipun lokasi sitenya tersebar di 10 kota/kabupaten di Kaltim.

Permasalahan utamanya, perusahaan perusahaan ini mayoritas memperkerjakan sumber daya manusia (SDM) lulusan sekolah teknik dari Jawa. SDM asli Kaltim tidak mampu memenuhi spesifikasi skill keahlian menjadi persyaratan dasar sektor industri migas dan pertambangan.

“Kalaupun orang Balikpapan hanya untuk memenuhi kebutuhan low skill saja, seperti sopir, satpam dan lainnya,” keluh Imdaad.

Pemerintah daerah tidak bisa memaksa perusahaan agar memberdayakan tenaga kerja lokal – saat kemampuannya juga dibawah rata rata. Industri migas dan pertambangan membutuhkan tenaga profesional sesuai persyaratan dunia internasional.

Saat itu, Provinsi Kaltim hanya mengandalkan lulusan Universitas Mulawarman yang tidak memiliki Fakultas Teknik. Sekolah tinggi swasta lainnya juga memfokuskan pengajarannya pada ilmu ilmu sosial.

“Lulusannya tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan dunia industri di Kaltim saat ini,” ujarnya.

Pemkot Balikpapan menilai butuh ada kolaborasi antara jenjang pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan potensi kerja di Kaltim. Sinerjitas perlu dibangun mulai jenjang pendidikan sekolah menengah atas hingga perguruan tinggi di Balikpapan.

Sejak itu pula, Balikpapan mendorong pemberdayaan sekolah sekolah kejuruan sesuai kebutuhan kerja saat ini. Sektor kebutuhan kerja dibidik membidangi kebutuhan industri migas, pertambangan, perdagangan, perhotelan, kuliner dan pariwisata.

“Pertumbuhan sektor jasa perdagangan, perhotelan dan restoran makin menjanjikan seiring kemajuan ekonomi di Kaltim,” tutur Imdaad.

Permasalahan itu pula yang melatari ide pendirian Sekolah Politeknik Balikpapan. Imdaad Hamid yang membidani berdirinya sekolah yang digadang gadang menghasilkan lulusan siap kerja.

“Sekolah Politeknik mengajarkan mahasiswanya praktek kerja dibidangnya masing masing. Sehingga lulusannya diharapkan bisa langsung kerja,” kata Imdaad.

Imdaad mengaku menerima keluhan langsung dari perusahaan soal rendahnya kemampuan kerja lulusan sekolah tinggi. Sebelum penempatan pegawainya, katanya perusahaan tetap harus memberikan pelatihan tambahan para rekrutmen baru.

“Semestinya rekrutmen pegawai harus bisa langsung kerja, tapi kenyataanya tidak seperti itu. Kami berupaya menangkap peluang ini lewat pemberdayaan SMK dan Politeknik Balikpapan,” ujarnya.

Awal berdirinya, Politeknik Balikpapan sudah dirintis sejak 2002 silam diatas lahan seluas 15 hektare di Jalan Soekarno – Hatta Kilometer 8 Balikpapan. Masyarakat Balikpapan memimpikan adanya sekolah tinggi negeri yang mampu menghasilkan tenaga menengah untuk mengisi lowongan pekerjaan Kaltim.

“Ini usaha kami sejak 2002 silam,” paparnya.

Tenaga kerja lokal selau kalah bersaing dengan pendatang lulusan universitas dari Jawa. Pembangunan Poltek Balikpapan sepenuhnya berasal dari alokasi anggaran daerah serta bantuan Pemprov Kaltim.

Poltek Balikpapan membuka jurusan pendidikan teknik mesin alat berat, teknik elektro, perhotelan dan akutansi.  Selama hampir Sembilan tahun, pemerintah daerah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 104 miliar untuk pembangunan ruang kuliah, laboratorium, aula, hingga praktek mahasiswa.

Menteri Pendidikan, M Nuh menerima langsung penyerahan pengelolaan Politeknik Balikpapan, Mei 2011 silam. Kala itu, menteri berujar pendidikan SDM menjadi tanggung jawab bersama masing-masing daerah.

Dia memberikan apresiasi tinggi pada Pemerintah Balikpapan yang telah memperjuangkan berdirinya sekolah tinggi negeri di Kalimantan Timur. Penyerahan asset Politeknik Balikpapan berbarengan waktunya dengan sekolah tinggi lainnya yakni Universitas Merauke, Universitas Borneo Tarakan, Politeknik Batang dan Sekolah Tinggi Bangka Belitung.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *