Tragedi KMP Muchlisa: Duka di Teluk Balikpapan dan Evaluasi Keselamatan Feri di PPU

Kapal feri KMP Muhclisa terbalik dan tenggelam di perairan Teluk Balikpapan, Senin (5/5/2025). Foto istimewa
NewsBalikpapan - Laut Teluk Balikpapan kembali menjadi saksi bisu sebuah tragedi laut yang mengguncang Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Muchlisa tenggelam pada Senin sore, 5 Mei 2025, dalam perjalanan dari Pelabuhan Kariangau Balikpapan menuju Pelabuhan Penajam. Musibah ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan menjadi alarm keras terhadap sistem keselamatan pelayaran di wilayah ini.

KMP Muchlisa diperkirakan berlayar sekitar pukul 14.00 Wita dengan mengangkut total 44 orang, terdiri dari 23 penumpang dan 21 kru kapal. Namun tak lama setelah berlayar, kapal mengalami kebocoran serius di ruang mesin. Air laut cepat masuk, dan dalam hitungan menit, kapal mulai karam.

Evakuasi darurat dilakukan, dan 23 penumpang berhasil diselamatkan. Namun tidak demikian dengan seluruh kru. Dua orang dinyatakan hilang: Ilham, kelasi kapal, dan Khayu Mutiara Purwati, seorang perempuan muda berusia 22 tahun yang bertugas sebagai Mualim I atau Chief Officer.

Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI AL, Polri, BPBD, serta relawan lokal dikerahkan sejak hari pertama insiden. Cuaca yang bersahabat dan peralatan penyelaman memadai memungkinkan pencarian dilakukan intensif sejak pagi hari.

Jasad Ilham ditemukan pada Selasa (6/5/2025) siang di area dek ekonomi kapal. Satu hari kemudian, Rabu (7/5/2025), jasad Khayu ditemukan sekitar pukul 10.50 Wita. Kedua jenazah langsung dievakuasi ke Pelabuhan Semayang dan dibawa ke RS Bhayangkara Balikpapan untuk dilakukan visum.

"Khayu merupakan warga Kudus, Jawa Tengah. Pihak keluarga sudah kami hubungi dan proses pemulangan jenazah akan segera dilakukan," ungkap Kasat Reskrim Polres PPU, AKP Dian Kusnawan.

Di tengah proses evakuasi dan visum, duka menyelimuti keluarga korban. Orang tua Khayu Mutiara, yang tiba di Balikpapan pada Rabu malam, hanya bisa pasrah menyambut kepulangan putrinya dalam kondisi tak bernyawa.

“Kami tidak menyangka, anak kami pergi untuk bekerja tapi pulang dalam peti jenazah. Semoga tidak ada lagi keluarga lain yang merasakan hal seperti ini,” ujar keluarga almarhum dengan mata berkaca-kaca.
Infografis tenggelamnya KMP Muhclisa di perairan Teluk Balikpapan, Senin (5/5/2025). Infografis istimewa
Tragedi ini tak hanya menorehkan luka, tetapi juga mendorong Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara untuk segera bertindak. Wakil Bupati PPU, Abdul Waris Muin, meninjau langsung lokasi kejadian dan memastikan akan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keselamatan kapal feri.

“Kami akan meningkatkan pengawasan, memperketat pemeriksaan sebelum kapal berlayar, serta mengoptimalkan sistem komunikasi dan informasi antar pelabuhan,” tegasnya.

Ia juga mendorong pembentukan tim investigasi untuk mengungkap penyebab pasti tenggelamnya kapal, serta menyoroti pentingnya jaminan asuransi bagi penumpang dan awak kapal.

Tenggelamnya KMP Muchlisa bukan insiden pertama yang terjadi di perairan Kalimantan Timur. Beberapa tahun terakhir, kecelakaan laut sering terjadi, umumnya disebabkan oleh kebocoran, kelebihan muatan, atau kelalaian teknis. Hal ini mencerminkan masih lemahnya pengawasan terhadap keselamatan pelayaran, terutama kapal feri yang menjadi tulang punggung transportasi antarwilayah.

Pakar transportasi laut dari Universitas Mulawarman, Dr. Bambang Suryadi, menilai perlunya peningkatan standar keselamatan dan pelatihan kru.

“Insiden seperti ini bisa dicegah jika ada pengecekan rutin terhadap kondisi kapal dan kesadaran penuh terhadap protokol keselamatan,” jelasnya.

Tragedi KMP Muchlisa menjadi momentum bagi semua pihak untuk berbenah. Di tengah pembangunan besar-besaran di Kalimantan Timur, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN), sistem transportasi laut tidak boleh dikesampingkan. Keamanan dan keselamatan penumpang harus menjadi prioritas utama.

Satu hal yang pasti, Khayu dan Ilham telah pergi, namun kisah mereka menjadi pengingat bagi kita semua: bahwa nyawa manusia tak boleh dikorbankan atas kelalaian sistem. Pemerintah, operator kapal, dan masyarakat harus bersatu memperbaiki keselamatan pelayaran di negeri maritim ini.

Bagikan Berita

WhatsApp
X
Facebook
Print
Telegram

Berita Terkait

Tulis Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *