Indah optimis akan mendapatkan bantuan dari APBN dan APBD Kota Balikpapan untuk pengembangan RS Sayang Ibu. Sebab, 65 persen warga Balikpapan saat ini masih memilih bersalin di RS Sayang Ibu. “Market share kita itu sekitar 65 persen. Dimana per bulan pasien bersalin yang ada di kita berkisar 110-160 orang,” jelasnya.
Saat ini rumah RS Sayang Ibu baru memiliki 25 ruang perawatan, dengan luasan seluruhnya 1.235 meter. Rencananya, jika pembangunan selesai maka lantai 1 akan difungsikan untuk limbah medik dan tempat parkir.
Sedangkan lantai 2 khusus untuk ruangan rawat jalan. Kemudian lantai 3 dan 4 akan digunakan sebagai ruangan rawat inap dan ruang manajemen administrasi. “Sekarang kan kita hanya punya 25 tempat tidur, makanya dengan pembangunan ini nanti akan ada penambahan dua kali lipat sebanyak 50 tempat tidur,” katanya.
Dalam pengembangan RS tersebut, katanya juga akan mengupayakan penambahan kamar mayat. “Persyaratan RS itu juga harus ada kamar mayat, cuma akses masuk kamar mayat dan kamar pasien kan harusnya berbeda, jadi kita cobalah nanti. Mungkin kita bisa nyelipkan satu untuk kamar mayat,” jelasnya.
Sedangkan untuk tenaga medis, saat ini RS Sayang Ibu memiliki sebanyak 2 dokter spesialis kandungan, 1 dokter anak, dokter anestesi (status pinjaman dari RSKD), dokter umum, dan 30 bidan. Jumlah ini masih terbilang cukup, namun tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan seiring dengan pengembangan RS tersebut.
“Sementara ini tenaga medis kita cukup. Mungkin nanti dengan perkembangan jumlah tempat tidur ya pastinya akan bertambah. Tapi kita lihat lah nanti,” tukasnya.
Pengembangan RS Sayang Ibu terpaksa bertingkat karena terkendala pembebasan lahan. Warga sekitar menolak menjual lahannya dengan tarif Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditawarkan Pemkot Balikpapan.
“Mereka minta diatas NJOP, sehingga ini tidak bisa kita laksanakan dan menjadi
kendala,” pungkasnya.