Subekti mengatakan pembangunan tiga bandara tersebut menjadi wujud kerjasama antara TNI dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam pengembangan infrastuktur perbatasan. TNI dianggap punya kemampuan personil serta peralatan teknis untuk menjangkau kawasan perbatasan di Kalimantan Timur yang terisolir dari dunia luar.
“Karena, tidak ada kontraktor swasta yang mau membangun bandara di perbatasan. Bahan bangunan sangat mahal, semen satu sak bisa seharga Rp 1,5 juta dan bensin seharga Rp 25 ribu per liternya,” paparnya.
TNI, lanjut Subekti sudah terlatih dalam menjangkau kawasan kawasan yang terisolir dari dunia luar. Dalam penyaluran akomodasi bahan bahan bangunan dibutuhkan proses transportasi yang cukup lama.
“Kami terbangkan ke Tarakan, naik long boat hingga jalur darat personil TNI hingga memakan waktu hingga dua minggu,” ungkapnya.
Masing masing bandara akan dilakukan perpanjangan landasan pacu dan mendarat pesawat menjadi 1.600 meter dari sebelumnya hanya 1.500 meter. Tiga bandara ini nantinya mampu didarati pesawat pesawat jenis hercules, foker untuk mengangkut bahan bahan bangunan.
“Tahun ini pengerjaanya akan selesai sesuai jadwal,” tuturnya.
Kodam Mulawarman mengerahkan sedikitnya 300 personil gabungan Detasemen Zipur Lampung, Bandung dan Balikpapan. Detasemen Zipur memiliki personil yang terlatih dalam pengerjaan fisik bangunan.
Bandara Long Apung, Long Bawan dan Datah Dawai nantinya dipergunakan pemda untuk pengembangan pembangunan kawasan perbatasan Kalimantan Timur. Kodam Mulawarman juga berkepentingan dalam penguatan tiga sentra sabuk pengamanan perbatasan Kalimantan Timur yang terletak di Kutai Barat, Malinau dan Nunukan.