Kawasan Wisata Lingkungan Km 23 Terancam Kolaps

Beruang MaduBalikpapan –

Kawasan Wisata dan Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Balikpapan Kalimantan Timur terancam kolaps pada tiga bulan kedepan. Kondisi ini disebabkan pengentian alokasi anggaran oleh Pemerintah Kota Balikpapan.

“Kami mungkin masih bisa bertahan 3 bulan, Januari hingga Maret nanti,” kata Direktur KWPLH, kata Hamsuri, Senin (7/1).

BLH Balikpapan ditugaskan oleh Pemkot untuk melakukan studi relokasi beruang madu yang saat ini dipelihara di KWPLH di Km 23 Jalan Soekarno-Hatta tersebut. Untuk studi itu, Pemkot mengucurkan anggaran Rp500 juta.

“Dari dana tersebut bisa disisihkan untuk biaya operasional, termasuk gaji karyawan, dan biaya makan beruang dan hewan-hewan lain yang ada di sini,” kata Hamsuri.

KWPLH juga memelihara ratusan kucing dan anjing yang sebelumnya ditelantarkan oleh pemiliknya.

Bagaimana setelah tiga bulan itu, kata Hamsuri, ia belum tahu. Saat ini mereka semua menunggu keputusan Pemkot yang lebih spesifik mengenai keberadaan KWPLH dan seluruh asetnya.

“Bagaimana pun saya kan pegawai biasa,” kata Hamsuri lagi. Di sisi lain, para aktivis lingkungan di Balikpapan melihat penghentian anggaran untuk KWPLH ada hubungannya dengan keinginan Pemkot Balikpapan untuk mengganti maskot kota, yaitu beruang madu (Helarctos malayanus) dan mengganti slogan kota, yaitu Balikpapan Kota Madinatul Iman.

“Menariknya, Pemkot ingin mengganti maskot itu hanya karena Ketua DPRD Balikpapan Andi Burhanuddin Solong mengatakan beruang madu hewan pemalas,” kata Yulita, aktivis pada Konsorsium LSM Balikpapan.

Menurut Yulita, tidak pernah ada kajian ilmiah yang mendasari pernyataan Ketua DPRD tersebut, sebaliknya, keputusan menjadikan beruang madu maskot kota di tahun 2005 berdasarkan sejumlah pengamatan dan kajian, baik atas perilaku beruang madu ataupun semangat serta gaya hidup positif warga Kota Balikpapan.

Andi Burhanuddin Solong menyampaikan pendapatnya mengenai beruang madu sekitar Maret 2012. Meski hal tersebut dimuat di media, menurut Hamsuri, saat itu tidak ada yang menganggapnya serius, diantaranya karena beruang madu bukanlah hewan yang pemalas.

“Mereka sangat aktif, berlari, memanjat pohon, pantang menyerah. Kebetulan saja saat Ketua DPRD melihat beruang di KWPLH, mereka sedang tidur siang, sementara mungkin oleh beliau tidur siang diidentikkan dengan sikap pemalas,” kata Yulita.

Namun, pemerintah kota menganggap serius pendapat Ketua DPRD tersebut. Seperti disampaikan Kepala Bagian Humas Pemkot Sudirman Djajaleksana akhir Agustus silam, Pemkot akan menggelar kajian dengan meminta pendapat seluruh pemangku kepentingan di Balikpapan.

“Akan ada seminar-seminar, dimulai di tingkat kecamatan, lalu di tingkat kota, untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi,” papar Kabag Humas Sudirman ketika itu.

“Tapi kita tidak mengira itu berarti juga menghentikan anggaran untuk KWPLH, karena tempat ini bukan semata tempat beruang maskot kota dipelihara, tapi benar-benar sebagai tempat pendidikan dimana kita semua belajar tentang alam dan lingkungan, dan secara spesifik, tentang beruang madu yang menjadi maskot kota,” demikian Hamsuri.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *